chapt. twenty two
-
Suasana dapur keluarga Kentara mulai ramai setelah berita yang secara mendadak dari para laki-laki tertua diantara Kentara bersaudara membuat gempar semuanya,
Terlihat dua laki-laki yang terpaut 8 tahun dengan satu sama lain, mulai membantu beberapa pekerja dirumah yang Kentara bersaudara tempati,
“Eh eh Bi Darmi jangan jangan, biar saya aja,” ucap Davendra kala melihat seorang wanita paruh baya yang mungkin seumuran dengan ibunya itu ingin mengangkut satu kotak besar untuk dibawanya ke area dapur,
“Byan, Ay, gimana sih masa bi Darmi yang suruh bawa kardus gede gini,”
“Eh aih si aden, teu nanaon* bibi mah kuat,”
Byantara pun langsung mengambil alih kardus yang berada direngkuhan kedua lengan Davendra, “Kuat sih kuat, tapi kalo encok ntar yang repot si bi Nah tuh,” ucapan Byantara membuat keempat pekerja yang sedang bersama dengan Aydan mengelola beberapa masakan didapur itu sedikit tertawa,
“Ih tau tuh den, si bi Darmi suka kitu kalo dibilanginnya ngeyel, kaya den Deo,”
“Dih dih bi Sari, jangan suka buka kartu,” ucap Basudeo yang baru saja sampai didaerah dapur, “Ini kaya posko korban banjir dah,”
Davendra menggelengkan kepalanya, seraya mengusap surai kecoklatan milik Basudeo dan berlalu dari area dapur, “Ada yang bisa dibantuin gak?” ucap Deo kepada kedua saudaranya itu,
“Enggak enggak, udah sana malah bikin ribet nanti,” ucap Aydan yang langsung dibalas tatapan tajam oleh Basudeo, sehingga membuat yang lainnya tertawa melihat keduanya,
“Dih awas lu yaaa, ga akan gue bantuin lagi,”
“MAS BYANNN!! MAS AYDANNN!! Alesh sama Anesh berangkat yaa,” suara teriakan itu terdengar jelas hingga ke area dapur,
Membuat para pekerja rumah Kentara, Byantara dan Aydan segera memproses semua makanan yang ingin mereka buat.
Semoga aja macet, ucap Byantara didalam pikirannya.
Range-Rover hitam yang ditumpangi ketiga cucu termuda dari keluarga Kentara mulai memasukki pelataran rumah yang saat ini Kentara bersaudara tempati, disambut dengan beberapa orang berpakaian gelap,
Ailesh yang memang duduk dibangku kosong disamping Dayana membuka pintu mobil itu dan turun terlebih dahulu, menyusul Avanesh yang telah berada diluar, “Ayo Day turun,” ucap Ailesh menatap kearah Dayana yang masih terdiam didalam mobil, “Ada gue, santai,” ucapnya kemudian sedikit menarik tangan sebelah kanan Dayana, dengan tangan satunya ia taruh dibagian pinggiran atap mobil, guna melindungi kepala Dayana dari benturan,
“Thanks Lesh,”
“Pake, abis hujan soalnya,” ucap Avanesh yang langsung berlalu setelah memberikan bomber hitamnya kepada Dayana,
“Udah pake aja daripada ngomel dia,” ucap Ailesh yang langsung dijawab anggukan oleh Dayana,
Dayana masih memproses semuanya, ditambah dengan perasaan gugupnya yang berkecamuk didalam dirinya, membuat dirinya tidak sanggup mengeluarkan sepatah katapun,
Ailesh sedikit menunduk kepada laki-laki yang usianya terpaut jauh darinya, “Ayo Day, ah kenalin ini pak Bakti, dia kepala keamanan disini,”
“Selamat malam non,” ucap laki-laki yang baru saja disebut oleh Ailesh tadi,
“Dayana pak,”
“Bakti non, Bakti Subardja,” Dayana tersenyum seraya menyambut uluran tangan laki-laki itu,
“Nah ini ruang tamu kita, tapi jarang sih kita nerima tamu disini, biasanya langsung dibawa paviliun belakang, biar lebih aman gitu,”
“Setelah ruang tamu, taraa!! Ini pintu menuju ruangan utama dirumah ini, nah gagang pintu ini langsung ngedeteksi sidik jari pas kita ngegenggam handlenya, dan kerennya ini didesign sama mas Kayvan dan para rekannya gitu deh,”
“Jelasin nanti aja bisa gak?” Avanesh yang bersuara itu langsung ditatap tajam oleh Ailesh,
“Jutek banget sih lu, ayo Day,” Ailesh mendorong pintu kayu yang berada didepannya,
“AKHIRNYA DATANG JUGA!!!”
“WELCOME! WELCOME!”
ucap Arvel dan Aidan secara bergantian yang langsung dihadiahi pukulan dipunggung mereka, “Aww!! Kenapa sih?” ucap Arvel yang langsung dihadiahi tatapan tajam lagi dari Domicia
“Berisik, udah malem, kaya lagi nonton sirkus lu semua,” ucap Domcia yang langsung berjalan berlalu kearah Ailesh, Avanesh dan Dayana yang masih terdiam diambang pintu,
“Tadi macet banget Lesh?”
“Lumayan,”
“Mas, Anesh laper banget, boleh nanti aja gak ngobrolnya?”
Domicia langsung menggelengkan kepalanya, “Hai, you must be Dayana, kan? Cia” ucap Domicia dihadapan Dayana seraya mengulurkan tangannya,
“Dayana-” ucapan Dayana menggantung seraya ia menoleh kearah Ailesh untuk membantunya,
“Mas, panggil semua disini mas,” ucap Avanesh kala ia melihat tatapan kebingungan Dayana pada Ailesh
“Kecuali sama kedua bocil ini, kamu cukup panggil mereka nama aja, Arvel,” Arvel mengacak-acak rambut kedua adik laki-lakinya itu yang langsung dibalas pukulan kecil oleh keduanya,
“Aidan, Aidan tampan sedunia,” ucap Aidan langsung membuat heboh diantara mereka,
“Dunia fantasi ancol maksudnya?” suara Davendra membuat mereka menolehkan kearahnya, “Gausah didepan pintu gitu buruan duduk, udah malem ini, sebentar lagi mas Rama pulang,”
“Mas Rama yang tinggi orangnya,” ucap Ailesh kala melihat Dayana masih kebingungan,
“Nah iya bi ditaro situ aja,” ucap Byantara mengarahkan seseorang wanita yang berpakaian seragam berwarna abu-abu didepannya,
“Eh eh bi, ini biar Aydan aja yang rapihin gapapa, udah bibi pada istirahat aja, jangan lupa bawa makanan yang tadi kita masak satu piring kebawah ya,” ucap Aydan yang langsung mengambil alih semua pekerjaan wanita itu,
Ruangan bawah rumah keluarga Kentara merupakan sebuah basement yang ditempati oleh para pekerja yang membantu mereka mengawasi dan membersihkan kediaman mereka ini,
“Itu bi Darmi, kepala pelayan disini, nah bi Darmi sama keluarganya tinggal dirumah kontrakan yang difasilitasin sama mas Rama buat beberapa pekerja yang udah berkeluarga,” ucapan Ailesh hanya dibalas anggukan saja oleh Dayana,
“Wes! Makan besar nih,” ucap Davendra kala melihat meja makan yang sudah dipenuhi berbagai macam hidangan laut,
“Tema makan malam hari ini, Under the sea, kaya kartun favoritnya Dayana, iya kan?” ucapan Aydan sukses membuat Dayana menatapnya terkejut,
“Tau dari gue dia tuh,” suara Basudeo tiba-tiba bergabung ditengah ruang makan Kentara itu, disusul oleh sosoknya bersamaan dengan Affandra dan Edhan dibelakangnya,
“Iya lo tau dari temennya Dayana yang kata lo cakep itu kan,” Kegan membalas ucapan Basudeo dengan senyum seringainya,
“MAS MAH!!” ucap Basudeo seraya memukul punggung Kegan,
“YA!! SAKIT ANJIR,”
“BERANTEMNYA PAKE PISO SINI! MAU GAK?!” ucap Byantara sedikit berteriak kepada kedua orang kakak-adik didepannya,
“Udah napa mas sama Deo ini, kasian si Dayana kena mental baru dateng juga,” ucap Aidan kepada kakak dan adiknya itu,
“Begini lah Day, kehidupan yang fana ini,” ucap Ailesh seraya menarik kursi meja makan disampingnya, mempersilahkan Dayana untuk duduk,
“Sudah pada kenalan semua?” ucap Rama ditengah-tengah kegiatan mereka makan,
“Ah Byan belum,” Byantara langsung berdiri menghampiri kursi Dayana yang berada ditengah antara Ailesh dan Avanesh itu, “Byantara, panggil aja mas Byan,”
“Dayana, mas,” ucap Dayana seraya menerima uluran tangan Byantara,
“Dayana, gimana disekolah?” ucap Rama yang langsung membuat beberapa adiknya berdecak,
“Mas, pertanyannya bisa gak sih gak teoritis gitu?”
“Tau ya berasa ngomong sama eyang dah,”
“Ya abis gimana dong?” ucap Rama membalas kedua adiknya, Kegan dan Davendra
“Nanyanya tuh, Dayana udah punya pacar belum?” Kegan langsung menekan pundak Arvel yang baru saja mengeluarkan pertanyaan itu,
“Gak ada pacar-pacaran sekolah dulu,” ucap Domicia menatap ketujuh adiknya itu secara bergantian, Basudeo, Affandra, Aydan, Edhan, Ailesh, Avanesh dan terakhir Dayana, “Awas aja nilainya pada terjun bebas, Dayana juga, Dayana osiskan?”
“Jagain Fand,” ucap Aidan ikut menimbrung ucapan Domicia sebelumnya,
“Iya lah mas dijagain,”
“Tenang aja bro, punya 6 bodyguard doi disekolah,” ucap Basudeo kepada para masnya itu,
“Mas Kayvan kapan pulang?” ucapan Ailesh sukses membuat Dayana menoleh dengan wajah bertanyanya, “Ah itu, mas Kayvan itu mas tertuanya dari mas Kegan, entar deh ya gue jelasin silsilah keluarga rame ini,” ucapan Ailesh langsung membuat seluruh saudaranya tertawa,
“Hai,” ucap Byantara duduk disamping kursi taman belakang yang sedang diduduki oleh Dayana pula, “Alesh sama Anesh mana?”
“Di dalem lagi mau ngambil gatau apa,”
“Kamu gapapa kan?”
“Hah? Oh gapapa mas hehe,”
“Belum terbiasa ya?” ucapan Byantara hanya dibalas anggukan kepala dan senyuman singkat oleh Dayana,
Byantara menghela napasnya, “Kamu hebat. Bertahun-tahun bertahan, tanpa tau mana yang benar, terus 2 tahun bertahan tinggal sendirian,” Byantara menengokkan kepalanya kearah Dayana, “Maaf ya, karena kita semua baru sekarang nemenin kamu,” Byantara tertawa singkat kala melihat Dayana masih menatap kearah depannya, “Sekarang gak perlu nahan nangis lagi, tenang aja, udah banyak yang bakal ngelindungin kamu, udah banyak juga yang bakalan,” Byantara menggoyangkan tangannya seakan menebas sesuatu dengan lengannya, “Bas bas bas! Siapapun yang buat kamu nangis,”
“Iya sekaran mas sini yang aku tebas gara-gara bikin Dayana jadi mau nangis,” suara Ailesh mengintrupsi mereka berdua, membuat keduanya menoleh lalu tertawa karena ucapannya,
Dayana menatap langit luas diatasnya, seraya tersenyum.
Makasih bun, mah, pah, ucapnya didalam benaknya seraya masih tersenyum,
“Dayana, ayo pulang. Mas Arvel sama mas Cia anterin,” Arvel datang secara tiba-tiba ketengah mereka berempat yang sedang mengobrol dengan Dayana.
*teu nanaon : gapapa
*kitu : gitu