eighteenth chapt.
-
Byurrr
Suara air berwarna kecoklatan dari ember yang ditumpahkan oleh sekelompok perempuan yang Dayana kenal adalah kakak kelasnya itu berhasil membuat sekujur tubuhnya basah,
“Aduh maaf ya gak sengaja,” ucap seorang perempuan berambut panjang hitam legam, dengan cardigan bermerek terkenal yang ia pakai untuk menyempurnakan seragam sekolah yang ia pakai,
“Aduh jadi basah deh, yah maaf yaa,” ucapnya seraya berlalu keluar kamar mandi dengan diikuti kedua temannya yang lain seraya tertawa mengejek Dayana,
Dayana tersenyum simpul, dilihatnya pada pantulan kaca rambutnya yang basah, dan baju seragamnya yang kini tidak kalah basah dengan rambutnya, “Udah biasa kan Day?” ucapnya kepada pantulan dirinya,
Hari ini tidak ada Kayana yang menemaninya, makanya mungkin orang-orang yang memang biasa menganggunya kini berulah kembali, ya, selama ada Kayana biasanya mereka akan takut atau bahkan enggan mengganggunya, tapi hari ini, Kayana tidak bisa disampingnya,
“Gak boleh, gak boleh bergantung sama orang terus Day,” ucap Dayana lagi kepada dirinya sendiri seraya menyeka air matanya yang hampir lolos itu,
Dayana keluar dari toilet yang lumayan jauh dari kelasnya itu, berusaha menyembunyikan wajahnya dari penglihatan beberapa kakak kelasnya yang baru saja keluar dari kelasnya masing-masing, karena pasalnya memang bel pulang sekolah baru saja berbunyi, dan sialnya dirinya tadi ditarik kedalam toilet yang memang cukup dekat oleh beberapa kelas yang diduduki oleh siswa kelas 11 dan 12 disekolahnya,
Pandangan disampingnya tiba-tiba gelap, diikuti oleh rasa berat yang ada dikepalanya dan sedikit wangi woody dan citrus yang tercium sangat kuat, “Terus jalan, jangan berenti,” ucap suara bariton bernada rendah yang ia tidak tau siapa itu, diikuti dengan rangkulan dibahunya pula,
Beberapa menit berlalu, Dayana masih menunduk dan lama kelamaan ubin putih yang biasa ia pijak didalam sekolah berganti dengan batu abu-abu yang tersusun rapih yang menandakan ia telah keluar dari pekarangan sekolahnya dan beralih kearea parkiran sekolahnya,
“Lo lama bang- anjir ini siapa?” ucap suara bariton lainnya yang memang sedikit agak ringan dari sebelumnya, yang berhasil membuat Dayana akhirnya menengadahkan kepalanya,
“LOH! DAY?! KOK BISA?!” ucap laki-laki didepannya dengan nada terkejut
“Masuk dulu kemobil deh, gaenak kaya topeng monyet gini, jadi tontonan,”
Dayana melihat kearah laki-laki berhoodie biru mint yang berada didepannya, seketika laki-laki itupun menganggukkan kepalanya,
“Ini gak ada yang didepan?”
“Sabar dulu napa sih Ed,”
Yap, kedua laki laki yang berada dengan Dayana saat ini adalah Aydan dan Edhan, dirinya kini telah duduk manis dijok belakang mobil mercedes-benz hitam milik Aydan,
“Day luka,” ucap Aydan yang melihat kearah sudut bibir dari Dayana, “Jangan dipegang!” ucapnya dengan nada serius, “Ed, tolong p3k dong,”
Edhan yang sedang memainkan smartphonenya, langsung beralih kearah laci dashboard disampingnya, mengambil kotak berwarna putih yang memang selalu ia bawa kemanapun itu, mengingat dirinya yang memang agak urakan itu,
Edhan melirik dari arah spion depannya kala Aydan mengobati luka Dayana, “Ay, kayanya kita keluar sebentar deh. Day, itu disitu ada hoodie putih kan? Lo ganti ya pake itu,”
“Hoodienya bersih kok, tenang aja Edhan udah disuntik,”
Edhan melemper tumpukan recehan yang sedang ia rapihkan kearah Aydan, “Sembarangan lo, lo kira gue apaan,”
Edhan dan Aydanpun langsung keluar dari mobilnya, meninggalkan seorang Dayana,
“Siapa?” ucap Aydan kala Edhan telah berdiri disampingnya, Edhan hanya bisa mengangkat kedua bahunya seraya menggelengkan kepalanya,
“Mas! Ini tasnya, Dayana mana?” ucap Ailesh yang baru saja berlari bersama Avanesh guna menghampiri kedua masnya itu diparkiran sekolah,
“Ada didalem, lagi ganti baju,”
“Pake baju apa?” ucap Avanesh dengan wajah bingungnya,
“Hoodienya mas Ed,”
Jawaban Aydan sukses membuat kedua adiknya yang berada didepannya saat ini terkejut, “Hah? Gak salah?”
“Hoodie baru itu,” ucap Edhan yang ia paham maksud dari kedua adiknya itu, bukan bukan maksud seorang Edhan bau badan, pasalnya biasanya hoodie seorang Edhan ini sudah bertumpuk bau rokok, bau knalpot, dan terkadang bahkan ada percikan darah dari bekas ia berkelahi dengan siapapun itu,
“Dayana mas yang nganter kan? Soalnya Alesh sama Anesh mau langsung pulang kerumah, udah ditunggu mas Abi soalnya,” ucap Anesh yang langsung dibalas anggukkan oleh Aydan,
“Mas juga abis nganter Day langsung kerumah, mas Tomi udah nunggu juga,”
“Yaudah kalau gitu, Byeee!!” ucap kedua adik kembarnya itu seraya melambaikan tangannya dan berlalu,
Dayana menurunkan kaca mobil disampingnya, “Kak...”
“Eh udah? Yaudah yuk langsung pulang,” ucap Aydan yang langsung masuk kedalam mobil diikuti oleh Edhan
“Day kita langsung nganter kamu gapapa kan? Soalnya kita udah ditungguin guru privat dirumah,”
“Eh iya gapapa kok kak, malah makasih banget,”
Dan lirik lagu Cruel dari Jeff Bernat yang langsung menggantikan suara dari ketiganya, dan mengisi kekosongan yang ada pada mobil mercedes-benz hitam milik Aydan hadiah dari kembarannya itu.