chapt. twenty-first -
“Pulang bareng gue kan?” Ailesh mengalihkan pandangannya kearah belakang meja yang ia tempati bersama kembarannya itu,
Dayana yang merasa ditanya oleh Ailesh menggelengkan kepalanya, “Gue bareng Bian sama Kayana aja,”
“Ha-Arghh anjir,” Fabian yang mengerti kode yang diberikan Dayana yang tepat berada disampingnya itu hanya menganggukkan kepalanya saja,
“Beneran?” selidik Ailesh dengan menatap kedua manik mata Dayana,
Dayana menganggukkan kepalanya sekali lagi, “Beneran, kalo gitu gue duluan ya, mau langsung shift cafe soalnya,” Dayana langsung berlalu meninggalkan Ailesh dan Avanesh seraya menarik tangan sebelah kanan Fabian
“DAY!!”
“YA!! DAYANAA!!”
Panggilan keras Ailesh tidak dihiraukan oleh Dayana,
“Lo kenapa sih Day? Biasanya oke oke aja mereka ajak pulang atau bahkan berangkat bareng,”
Dayana menghela napasnya, lalu mengangkat kedua bahunya, “Gue juga gak paham kenapa gue mau mau aja,” ucapnya lagi dengan nada melemah,
“DAYANAAAA,” panggilan riang dari seorang gadis membuat Fabian dan Dayana menengokkan kepala mereka kearah belakang,
“Aduh duh, sakit ih,” ucap Dayana dengan nada sedikit dibuat-buatnya kepada Kayana yang tadi memanggilnya, dan langsung menggenggam lengannya itu, “Gue hari ini langsung ke cafe,” ucap Dayana dengan cepat
“Tumben Day,” ucap Fabian kepada Dayana kala mereka telah sampai didepan gerbang sekolah mereka,
Dayana hanya bisa tersenyum dan kembali mengangkat kedua bahunya.
Dayana mengikat rambut panjang kecoklatannya, seraya meneguk minuman soda dingin yang ada ditangannya,
“Day, dipanggil mas Bagas,” ucap Elissa, rekannya dicafe itu,
“Dimana?”
“Ruangannya,” ucap Elissa kepada Dayana, “Lo gapapa kan Day?” ucapnya lagi kepada Dayana,
Dayanapun menggelengkan kepalanya seraya tersenyum, “Khawatir banget sih lu,” ucapnya sambil tertawa dan menepuk pundak Elissa, seraya berlalu meninggalkan temannya itu.
Dayanapun mengetuk pintu kayu dengan ukiran naga didepannya, seraya menunggu dengan sedikit gelisah, Gue kenapa deg-degan gini dah batinnya seraya menunggu pintu didepannya terbuka,
“Masuk, Day,” ucap Bagas ketika membuka pintunya dan melihat Dayana dibalik pitu itu,
Dayana duduk dengan sedikit gelisah, seraya terus memikirkan beberapa kemungkinan yang akan terjadi beberapa menit kedepan, didepannya kedua laki-laki yang ia ketahui sebagai relasi dari bosnya itu, “Mas ini ada apa ya?”
“Dayana kan ya?” ucap seseorang yang lebih tinggi dari laki laki disampingnya, berpakaian lebih rapih dan formal dari laki-laki disampingnya, yang hanya memakai jaket bomber yang dipadu oleh topi yang dipakai secara terbalik dan kacamata yang menghiasi penampilannya.
“Iya, kenapa ya?” ucap Dayana menjawab laki-laki itu,
“Ramadella,” ucap Rama seraya mengulurkan tangannya, “Ramadella Ananta-”
“Kentara,” ucap Dayana menyambung ucapan Rama,
“Kamu sudah tau atau menebak pasti karena dokter yang tadi malam ya?” ucapnya kepada Dayana yang langsung dibalas anggukkan oleh Dayana, “Ini,” Rama mengeluarkan kedua barang yang dibawanya, berkas hasil DNA dan kalung berliontin merah milik keluarganya, “Bukti kamu salah satu dari kami,”
Dayana membeku. Namanya tertera diberkas yang ada dihadapannya itu bersama dengan nama orang lain yang dia tidak kenali, 99% batinnya ketika melihat angka yang tertera disana,
“Tapi-”
“Kalungnya beda ya? Ini udah diubah biar bisa dipake sama laki-laki gitu soalnya-”
“Sebentar, jadi maksudnya aku itu?”
“Adik kita berdua,” ucap seseorang yang berpakaian dengan jaket bomber dan topi itu, Davendra.
Dayana menampilkan wajah terkejutnya dengan masih terdiam, pikirannya penuh dengan berbagai pertanyaan, “Aku-”
“Semua pertanyaan yang ada dikepala kamu, bakalan mas jawab, satu-satu,”
“Gimana kalo kamu dateng makan malam hari ini?”
“Hah?” Dayana terkejut dengan ucapan Davendra, matanya melihat kearah Rama dan Davendra secara bergantian,
“Dijemput sama Ailesh atau Deo?” ucap Davendra lagi dengan mata berbinarnya, ia tidak mengerti mengapa didalam dirinya sangat amat senang,
Dayana berpikir sebentar, dengan masih memikirkan banyak hal,
“Day?” ucap Rama membuyarkan lamunan Dayana karena selama beberapa menit tidak ada jawaban dari perempuan didepannya,
“Ailesh, dijemput sama Ailesh aja,” ucap Dayana seraya sedikit tersenyum canggung,
Davendra dan Ramapun langsung tertawa karena melihat sikap Dayana yang sedikit canggung dan salah tingkah itu, “ Haha kamu santai aja astaga, jam 7 dijemput yaa, gimana?” ucap Davendra dengan masih tertawa diikuti oleh Rama yang sedikit tertawa juga,
“Iya boleh,” ucap Dayana seraya tersenyum dan menganggukkan kepalanya, pikirannya sangat ramai, dipenuhi dengan banyak pertanyaan pertanyaan dan juga membayangkan beberapa hal yang mungkin terjadi nanti,
Gimana kalau mereka banyak yang gak suka? ucap Dayana pada dirinya sendiri, seraya menuang air mineral dicangkirnya, kala ia telah kembali keruangan khusus pegawai yang ada dicafe itu.