perjalanan kasih sayang. -
Tringg!
Bernando Yudhis atau yang lebih akrab disapa Bernand atau Nanand oleh orang terdekatnya ini, menatap lurus kearah ruang obrolan antara dirinya dengan sahabatnya sejak masih ditaman kanak-kanak itu, ia menghela napasnya dengan perlahan,
“Apa lagi yang dikirim ini bocah,” gumamnya dengan nada kesal sedikit pasrah itu, pasalnya sahabatnya yang satu ini memang kerap mengirimkan beberapa quotes atau link dari beberapa tulisan yang menurut sahabatnya itu sangat cocok dengan dirinya,
Bernando menghela napasnya, seraya memejamkan matanya sebentar, walaupun dirinya kesal ia masih bisa memahami maksud baik dari sahabatnya itu,
Disiapkannya hatinya sebentar sebelum membuka link sebuah halaman wordpress dari sahabatnya itu,
Beberapa kata demi kata diawal sudah sangat menjurus pada keadaan dirinya sekarang, hanya bedanya si penulis telah hendak beranjak dari tempatnya,
......Ketahuilah bahwa, beberapa perasaan memang tidak ingin abadi. Mereka hanya ingin dititipkan dan dilepaskan di waktu yang baik. Dan kini aku sadar bahwa kamu tidak akan pulang. Ya, itu jawaban sekaligus keputusan dari semua tanda tanya di kepalaku.
Maka sudah, berakhir sudah semua cerita dan puisi yang berkaitan tentang kamu dan aku. Semua tokoh didalam nya akan menjadi semesta baru yang aku sendiri pun tidak punya kendali.
Kita ngga akan pernah tau akan ketemu lagi atau engga, karna itu semua kendali nya waktu. Tapi kali ini aku ngga akan lagi berusaha. Kita sudah terlalu sering berusaha dan kegagalan ternyata jadi puncak mimpi yang selalu kita temukan dan itu yang buat kita capek.
Kamu benar, yang jauh bukan jarak antara kita, tapi keyakinan ku pada semesta mu. Agak menyedihkan memang kalau selama ini kita bertahan untuk waktu kasih jawaban pasti dan jawaban pasti nya tetap “enggak”. Lihat bagaimana dunia ini menertawakan kita.
Tapi gapapa, perpisahan juga bagian dari perjalanan kasih sayang. (*)
Beberapa bait terakhir didalam tulisan itu berhasil membuat diri seorang Bernando seakan terbangun dari mimpinya, ia berpikir sang penulis benar, bahwa beberapa perasaan memang tidak ingin abadi, dirinya kalah lagi oleh sahabatnya yang mengirimkan link tulisan tersebut, karena sekali lagi dirinya tertampar bahwa seseorang yang saat ini tengah terekam didalam pikirannya tidak akan kembali lagi, ia sudah bahagia dengan pilihannya.
“Woiii! Ngelamun aja bray,” ucap seseorang bernada bariton rendah seraya menepuk pundaknya yang berhasil membuat Bernando kembali masuk kedalam kehidupan nyatanya, “Udah dibaca?” ucap seseorang itu lagi.
Bernando hanya bisa menganggukkan kepalanya kepada sang empu pemilik suara bariton itu, dengan masih menatap langit sore dihadapannya yang memang sedang berada dirooftop rumah tingkat berlantai 3 yang memang dipakai menjadi basecamp dan studio bandnya itu.
“Terus gimana?”
“Ya gak gimana-gimana lah J, emang lu mau gue gimana?” tanyanya kepada sahabatnya itu, Jaffar, sang pemilik suara bariton rendah tadi, seraya membaringkan tubuhnya dilantai beton rooftop.
Jaffar menghela napasnya, seraya memeluk kedua lututnya, “Ternyata gak mempan juga?” ucap Jaffar pasrah kepada Bernando yang membuat seorang Bernando langsung terkekeh.
“Bukan gak mempan J, cuman masih belum aja, ada beberapa kata dari yang tadi lo kirim bikin gue sadar kok,”
“Ternyata persaan emang ada yang dibuat tidak abadi itu?”
“Bahwa beberapa perasaan memang tidak ingin abadi anjir, ganti-ganti aja lu,” ucap Bernando mengoreksi sahabatnya itu,
“Ya sama aja kan artinya?” Jaffar menghela napasnya pelan, “Tapi lo sadar kan kalau cewek itu udah gak bisa kembali lagi?”
“Cewek itu punya nama Jaffar Adrian,”
Jaffar berdecak sebal mendengar ucapan sahabat disampingnya itu, “Iya dia lah pokoknya, udah ogah banget gue ngucap namanya,”
Bernando terkekeh pelan, ia tau seberapa bencinya sahabatnya ini dengan masa lalu dirinya, seorang perempuan yang ia berhasil kencani selama 5 tahun, tetapi kandas saat dirinya sedang sibuk merintis karirnya, alasan utama mengapa sahabatnya ini sangat membenci perempuan itu juga dikarenakan ternyata perempuan itu telah main dibelakangnya bersama salah satu kakak sepupu yang dekat dengannya selama 1 tahun, dan bahkan saat ini telah berencana melangsungkan pernikahan,
Kenyataan pahit mulai terulang lagi dikepala seorang Bernando membuatnya memejamkan matanya sebentar sebelum akhirnya kembali terbuka kala ia mendengar seretan sepatu dari arah sampingnya, yang menandakan orang disampingnya itu hendak beranjak,
“Mau kemana lu?” ucap Bernando seraya kembali duduk diatas lantai beton rooftop itu,
“Beyi udah sampe,” ucap Jaffar seraya membenarkan tali sepatunya yang terlepas,
“Oiya nih, bread pudding dari Anish, tadi dia nitip ke gue pas mau berangkat kesini,”
Bernando menghela napasnya lagi, ia tau betul siapa Anish, perempuan yang beberapa bulan ini mencoba meruntuhkan pertahanannya,
“Nand, waktu itu lo nanyakan sama gue, gimana gue bisa moveon dari rasa kehilangan?” Jaffar menatap lekat kearah Bernando, “Jawaban gue cuman satu hal, Nand.” ucapan Jaffar itu sukses menimbulkan ekspresi tanya diwajah Bernando,
“Siap.” ucap Jaffar singkat, “Kenapa gue bisa moveon dari rasa kehilangan, karena gue siap Nand buat moveon, gue siap buat nerima semua hal baru yang semesta dan waktu bakal kasih selanjutnya, dan gue siap ngelangkah bahkan lari buat apapun yang terjadi nanti, asal gue berpindah dari tempat yang sebelumnya gue tempati lama,” ucap Jaffar kepada Bernando, yang membuat Bernando diam membeku,
Jaffar menghela napasnya, lalu menggelengkan kepalanya, “Udah ada yang mau narik lo keluar dari tempat sebelumnya Nand, tinggal gimana lo siap atau enggak ngelanjutin perjalanan kasih sayang yang lo punya,” ucap Jaffar seraya menepuk pundak Bernando dan berlalu menghilang dibalik pintu yang menghubungkan rooftop dengan sebuah tangga.
Bernando memang masih diam membeku akibat ucapan sahabatnya itu, tetapi pikirannya berhasil berjalan membayangkan bagaimana dirinya nanti, “Siap?” ucapan tanya dari dirinya sendiri yang ditunjukkan untuk dirinya juga.
(*) credit to one of my best advisor in real life, https://amalianggitah.wordpress.com/2021/07/26/bulan-ke-7-surat-terakhir/