forty-eighth chapt.
-
Matanya kini menelisik kearah lemari kayu besar berwarna putih yang disetiap pintunya terdapat kaca menjulang tinggi memilah apa yang harus ia kenakan hari ini, lalu dipilihnya sebuah blouse tanpa lengan berwarna hitam dengan dipadukan outer berwarna coklat dan celana yang senada dengan outer yang dipilihnya, perempuan bernetra hitam dan bersurai kecoklatan memoles wajahnya dengan makeup yang terbilang tipis,
Ia menatap dirinya dalam diam, sudah hampir 3 tahun dirinya menjalani hari-harinya seperti ini, hampir 3 tahun kebelakang kini kekhawatiran pada dirinya bukan lagi perihal apakah besok dia bisa membayar tempat tinggalnya atau tidak, atau seputar apakah hari ini ada tagihan yang dia belum bayar atau tidak, bukan, bukan seputar itu lagi, selama hampir 3 tahun ini dirinya sudah tidak mengakhawatirkan itu, kekhawatirannya kini berpindah menjadi, bagaimana ia harus tetap bisa membanggakan dan membahagiakan orang-orang yang berada disekitarnya yang sudah sangat berjasa itu, kekhawatirannya kini menjadi bagaimana dia harus menjadi lebih baik agar bisa membayar semuanya yang telah dia rasakan selama hampir 3 tahun kebelakang ini,
cklek
“Day- LOH? KOK BELUM DIBUKA? DAYANA!! LO BELUM BANGUN YA?”
“Eh tapi masa iya sih dia belum bangun,”
“DAYANA TOBAT ANJIR LO UDAH MAU KULIAH JAM 8, DOSEN LO KILLER WOY!!”
suara bariton yang memonolog dari satu orang itu terdengar berisik dan menghamburkan semua lamunan perempuan itu, setelah memoles pelembab dikedua bibirnya, ia pun langsung segera berdiri dari tempatnya, lalu berjalan dengan tergesa kearah pintu putih yang ia takutkan akan roboh sebab gedoran yang tidak kunjung berhenti,
“AWWWW!”
“Eh anjir, sorry sorry. Lagian gak aba-aba dulu mau buka pintunya,” ucap Ailesh Reka seseorang yang memang semenjak ia sudah tinggal dirumah ini menjadi seseorang yang wajib setiap paginya menyambangi kamarnya ini, dan juga seseorang yang memang sedari tadi sudah berisik didepan pintunya, laki-laki itu masih mengusapkan tangannya pada jidat perempuan didepannya,
“Diapain lu Day sama dia?” ucap suara bariton lainnya yang memiliki wajah sedikit mirip dengan laki-laki yang masih mengusap jidat Dayana itu,
“Udah udah, lagian ngapain sih teriak-teriak?” Dayana langsung menghentikan usapan tangan Ailesh dijidatnya itu,
“Ya elo biasanya kan ini pintu kalo udah mau mepet jam berangkat udah gak dikunci, ya gue paniklah,” ucap Ailesh seraya langsung masuk kedalam kamar berdominasikan dengan warna putih itu disusul oleh Avanesh,
Ya, ketiganya kini telah berada dibangku kuliah diuniversitas yanh sama dengan jurusan yang berbeda, Ailesh yang berada dijurusan public relation dan Avanesh yang berada dijurusan management bisnis, tetapi ketiganya masih sama dengan seperti saat mereka berada dibangku sekolah menengah atas, masih selalu menjadikan seorang Dayana menjadi tempat favorit mereka, dan akan terus seperti itu,
Avanesh tiba-tiba mengalungkan lengannya pada leher Dayana yang sedang duduk berkaca pada meja riasnya, Dayana yang sudah biasa akan sikap saudaranya itu, langsung mengelus kedua lengannya, ia tau apa yang sedang dihadapi dengan saudaranya ini, “Ditolak lagi?” ucapan Dayana langsung dibalas anggukan lemah oleh saudara sepupunya itu, Dayana merasakan kepalanya berat, ia langsung mengalihkan pandangannya kearah cermin dan langsung melihat bayangan kepala Avanesh yang tertunduk diatas kepalanya, selalu seperti ini.
Selama hampir 3 tahun ia menjadi sebuah obat bagi semua saudara sepupunya ini, ia yang menjadi perempuan satu-satunya menjadi seperti obat penenang bagi semuanya, ia sudah terbiasa dengan mereka yang tiba-tiba pada malam hari mengetuk pintu kamarnya dan tiba-tiba hanya memeluknya lalu sesaat kemudian pergi kekamarnya, atau mereka yang tiba tiba menelponnya hanya untuk berbicara hal yang tidak penting (well ini sepertinya hanya untuk Davendra, Kegan dan Byantara, yang memang sibuk berpergian kemanapun itu), tetapi tanpa Dayana sadari ia sangat suka seperti ini ia merasa saat ini adalah saat dimana ia sangat dibutuhkan oleh orang lain, apalagi Kayana dan Fabian, sahabatnya itu sekarang tengah menjalankan studinya diluar negeri, jadi yang ia punya saat ini memang hanya keluarganya saja,
Keluarga. Masih sangat lucu rasanya kala menyebutkan itu didalam otaknya, beberapa tahun lalu, keluarga yang ia ketahui hanya satu orang saja, tapi saat ini, keluarganya lebih dari itu, dan itu sangat tidak ia prediksikan,
“Udah belom?” Ailesh menanyakan itu kepada kembarannya dan Dayana yang masih berada diposisinya tadi,
Dayana mengalihkan pandangannya kearah Avanesh lalu dibalas anggukan oleh orang tersebut,
“DEO ANJING! JANGAN PAKE TANGAN, TANGAN LO KOTOR,”
“EDHAN AH ITU PUNYA GUE JANGAN DIMAKAN!!”
“PELIT PELIT BANGET!!”
suara teriakan heboh yang berasal dari seorang Aydan, lalu disambung oleh Affandra dan Edhan menyambut Dayana yang sedang berjalan turun dari lantai atas rumah ini,
“MASIH PAGI BISA GAK SIH GAUSAH TERIAK TERIAK?!”
“MAS CIA INI ADEKNYA NIH NGAMBIL MAKANAN GUE MULU,”
“MAS AYI! IH ITU ANESH UDAH NUNGGUIN DARI TADI TELORNYA AMBIL SENDIRI KENAPA,”
Dan lagi, Dayana hanya bisa menggelengkan kepalanya, seorang Affandra dan Avanesh yang dulu ia kenal sangat dingin dan pendiam sampai dirinya sendiripun sempat takut dibuatnya sekarang imagenya berubah menjadi seseorang yang berisik dan bisa dibilang protektif, kini sikap mereka berdua tidak jauh dari seorang Basudeo dan Ailesh,
Oh! Apakah kalian penasaran dengan kehidupan mereka selama ini? Kalau iya, oke, sedikit rekap di 2 tahun kebelakang ini, dimulai dari seorang Ramadella, ia masih sama seperti sebelumnya, sibuk dengan pekerjaannya dan tidak mengenal waktu tentunya, bahkan diumurnya yang saat ini ingin menginjak 33 tahun ia masih sangat sibuk dan akan selalu seperti itu, soal kekasih? Hanya ia dan tuhan yang tau akan hal itu,
lalu Davendra, seperti yang diketahui khalayak ramai, ia menjadi CEO agensi hiburan saat ini, tapi masih menggeluti profesinya sebagai seorang model dan sekarang merembet ke aktor film,
sedangkan Kayvan kini dirinya dan kekasihnya Alana telah merubah status mereka menjadi bertunangan, semenjak setahun lalu, hubungan mereka masih dirahasiakan dimata publik sebab Kayvan masih merasa masih sangat riskan untuk Alana diketahui oleh publik, apalagi juga karir Alana sedang naik kepuncak karena perannya bersama Davendra difilmnya kemarin sukses besar, urusan bisnis? Masih sama seperti kemarin, hanya saja kini Botulinum dipegang olehnya dan Aidan,
Byantara dan Kegan masih sama seperti sebelumnya mereka masih menjadi atlit balap yang semakin sukses didunia mereka, hanya saja mereka kini sedang memikirkan untuk pensiun dini akibat sudah merasa lelah dan bosan akan pekerjaan mereka saat ini, Byantara sedang memikirkan untuk membuat sebuah klinik rehabilitasi mental dan seorang Kegan akhirnya kini tengah memikirkan membuka kantor konsuler arsitektur, masih seperti dahulu, keduanya sama-sama tidak mau kalah, lihat saja rencana mereka, hampir sama kan?
Untuk kembar tiga yang tidak kembar, Arvel, Domicia dan Aidan, Arvel dan Domicia telah menyelesaikan studi S1nya, dan sudah mendapatkan gelar double degree juga untuk S1nya, kini keduanya sedang disibukkan kegiatan S2nya yang memang mereka ambil dengan kelas online, karena selain S2 kini keduanya memiliki bisnis mereka sendiri, Arvel yang tentu saja telah membuka coffeeshopnya yang kini telah ada beberapa cabang dibeberapa daerah, sedangkan Domicia? Kini ia sedang merancang sebuah perusahaan startup yang bergerak dibidang makanan dan minuman untuk menjadi kepala dari bisnis yang dilakukan saudara kembarnya, sedangkan Aidan, selain akan menjadi pemimpin dibotulinum nantinya, ia juga menjadi seorang pembuat aplikasi dari pembelajaran online dan aplikasi penunjang bisnis startup dari kedua saudara kembarnya, Arvel dan Domicia, sampai kapanpun mereka bertiga masih akan terus bersama,
Keempat kembar bersaudara, Basudeo, Affandra, Edhan dan Aydan, keempatnya masih berada didalam lingkungan perkuliahan yang sama dengan Dayana, Ailesh dan Avanesh. Seorang Basudeo berada dijurusan yang sangat tidak ia prediksikan yaitu teknik sipil, sedangkan Aydan berada dilingkup jurusan yang sama oleh Dayana, yaitu ilmu Komunikasi, sedangkan Edhan berada dilingkup yang sama dengan Ailesh, public relation (ps. jangan tanyakan mengapa ia ada disana, sebab itu karena sifat keposesifannya terhadap adik-adiknya), sedangkan Affandra seperti yang kalian tau, ia sekarang berada dijurusan kedokteran, yang membuat waktunya tersita cukup banyak,
Tepukan dipundaknya menghamburkan lamunannya kala ia melihat kearah satu persatu para saudaranya itu, 12 saudara laki-lakinya minus seorang Byantara dan Kegan sebab keduanya kini tengah mengurus balapan terakhirnya sebelum mereka pensiun dari aktifitasnya itu, “Udah selesai neng ngelamunnya?” ucap Aidan yang segera dibalas gelengan kepala oleh Dayana,
“Ayo cepet mas yang anterin, si Anesh sama Alesh tadi mau kemana dulu gitu, kamu katanya ada kuliah dosen kiler kan?” Dayana menganggukkan kepalanya dan segera mengambil totebag dan memakai sepatunya itu,
Pagi ini, menjadi seperti pagi yang seperti biasanya, lagi-lagi seorang Dayana melamunkan kenangan yang 2 tahun kebelakang ini ia rasakan, bersyukur? pastinya, tapi perasaannya lebih dari itu.