thiteenth chapt. -

Cia terbangun kala ketukan dipintunya terdengar, ia melihat kesekelilingnya lalu menggelengkan kepalanya, dilihatnya dua orang laki-laki tertidur dengan saling berpelukan dikasur kingsizenya sedangkan dirinya harus mengalah untuk tidur disofa yang berada didepan tv dikamarnya itu,

Cia terkejut kala melihat seseorang yang berada didepannya sekarang bukan salah satu pekerja yang memang berkerja dirumahnya, “Mas?” ucapnya dengan tatapan heran,

“Bangunin Arvel sama Ayi, mas tunggu dibawah,” ucap seseorang itu lalu berlalu meninggalkan Cia yang masih terpaku ditempatnya, sepersekian detik ia mematung, lalu akhirnya ia menutup pintu kamarnya,

“Lu gak habis ngeliat hantu kan Ci?” ucap Arvel seraya menguap dan merentangkan kedua tangannya keatas,

“Enggak tapi tadi yang bangunin mas Daven....” ucap Cia yang langsung dibalas anggukan oleh Arvel yang langsung berdiri dari posisinya, “Kok lo ngangguk sih? lo gak aneh?” tanyanya kepada kembarannya itu,

Arvel berjalan menghampirinya seraya mengusap perut yang berada dibalik baju tidurnya itu dengan mukanya yang masih setengah sadar khas orang yang baru saja bangun dari tidur, Arvel mengetuk jidat Cia dua kali, “Bangun bangun, lo gak inget semalem, hmm?” ucap Arvel seraya berlalu, “Bangunin tuh curut jangan lupa” ucapnya lagi lalu menghilang dibalik pintu yang menghubungkan kamar Cia dengan walk in closet mereka dan juga kamar Arvel,

Cia berdiam sebentar lalu menepuk jidatnya, “Ah iya tadi malem...” ucapnya seraya berlalu kearah Ayi yang masih terlelap,

Disisi lain, Affandra berusaha membangunkan Deo yang masih terlelap disofa kamarnya itu,

“Bangun buruan,” ucap Affandra seraya menarik lengan Deo, hingga Deo terduduk saat ini,

Deo mengusap matanya perlahan, “Jam berapa? Kesiangan ya?”

Affandra menghela napasnya, seraya memberikan air perasan lemon yang sudah dicampur garam dan sedikit kunyit yang tadi ia terima dari Davendra, yang memang membangunkan dirinya pagi ini, “Ini minum dulu,”

Deo mengernyitkan dahinya, “Anjir lu ngasih apaan si itu,”

“Obat hangover,” ucap Affandra seraya berlalu kearah kasurnya dan melipat selimutnya yang ia pakai tadi malam, “Udah inget belom?”

Deo mengernyit beberapa kali seraya berpikir keras, “Fuck!” umpatnya sepersekian detik setelah berpikir keras, “Am I being too much last night?” tanya Deo dengan wajah takutnya,

Affandra menganggukkan kepalanya, “You really spill it out all of your pain lately, last night, all of it. Bahkan gue yang kembaran lo aja kaget, lo bisa segitu emosionalnya tadi malem, you're fine right? or you just cover it all?”

Deo menggelengkan kepalanya, “I'm totally fine, it just my drunk mode, not me at all, tadi malem kacau banget emang, gue tiba-tiba dipojokin sama anak band, katanya gue gak bisa fokus ke band, dan bilang gue punya banyak harta tapi gak bisa ngebantu mereka sama sekali, dan turn out, they kicking me out,

Well, that's a good news for me,” ucapan Affandra berhasil membuatnya mendapatkan tatapan tanya dari Deo, “You know, Gue udah ngomong ini beberapa kali sama lo sebelumnya, kalau mereka tuh toxic, and look at you now, pulang-pulang dalam keadaan mabok kaya gak punya adat aja, kaya gak pernah diajarin, kaya bocah kampung, tau gak? lo ngerasa gak sih? akhir-akhir ini lo bener-bener kaya jauh dari kembaran yang biasanya gue kenal, ngerokok kaya kereta, bahkan sekarang bukan soda yang lo minum terus terusan, jangan lo pikir gue gak tau kalo tiap malem lo pulang telat, sengaja biar gak pas-pasan sama para mas karena takut kecium bau-” ucapannya terpotong kala dering telfon yang berasal dari handphonenya berbunyi, “Buruan mandi abis itu kebawah,” ucap Affandra seraya hendak berlalu kearah pintu kamarnya itu hendak keluar, “Sebelum kebawah, lebih baik lo nyamperin mas Daven dulu, dan for your information aja yang ngasih ramuan hangover yang lo bilang aneh itu mas Daven, dan-” Affandra mengalihkan pandangannya kearah kembarannya itu, “Gue mandi dikamar lo ya,” ucapnya seraya berlalu meninggalkan Deo yang masih berdiri diam ditempatnya,

Deo terjatuh duduk disofa dibelakangnya, mengusap rambutnya kasar, seraya meneguk habis minuman yang berada didepannya, lau berlalu mengambil sarung tangan hitam dilaci kecil dekat tv dikamar Affandra itu, dan berjalan kearah punching bag hitam yang berada dikamar Affandra,

“Bego, tolol, dongo, idiot,” ucap Deo secara terus menurus seraya meninju punching bag yang ada didepannya dengan keras, “Anjing anjing, lu kenapa gak mikir sih,” ucapnya lagi seraya mengeluarkan tinjuannya dengan keras secara terus menerus.