thirty-first chapt. -
Dayana mengerjapkan matanya berkali-kali, membiasakan cahaya yang masuk ke netra hitamnya,
Ia sedikit terkejut tatkala melihat seragam olahraganya yang ia pakai hari ini telah tergantikan oleh piyama satin berwarna hitam, dilihatnya ke daerah disekelilingnya, hingga akhirnya ia menghela napasnya, ia teringat kalau sebelumnya ia berada dimobil yang sama oleh seorang Affandra yang sepanjang perjalanan memang hanya diam, itu sebabnya rasa kantuk dalam dirinya langsung menguasainya,
Dilihatnya kearah sampingnya guna mencari telepon genggamnya, ketika itu matanya terpatri dengan sebuah kertas kecil tertempel disebuah gelas, berisikan air mineral penuh,
Kalau udah bangun diminum ya, terus makan. Dikulkas ada spaghetti buatan mas Ay, tinggal panasin aja, – Davendra
Tak lama dari ia baca kertas tersebut perutnya langsung breaksi menandakan untuk segera mengisinya, Dayana pun akhirnya menggulung rambutnya asal dan segera berlalu keluar kamarnya,
Sesampainya didapur dilihatnya seseorang berpiyama biru tua sedang mengaduk minuman berwarna coklat yang ia buat dengan laptop yang menyala didepannya,
Dayanapun mundur perlahan karena tak ingin menganggu waktu seseorang tersebut, kala dirinya memundurkan langkahnya, iapun terhenti sejenak, karena merasakan ada sesuatu yang menahannya,
“Hayo mau kemana?” suara bariton serak khas seseorang yang baru bangun tidur menginterupsi keduanya, “Loh Cia? Kok kamu belum tidur?” ucap pemilik suara bariton itu kearah seseorang yang tadi dilihat Dayana, dengan kedua lengannya yang memegang bahu Dayana
“Mas Kayvan kebangun? Mau buat kopi atau susu gak? Dayana mau makan ya?” ucap Domicia yang melihat Dayana ada disana pula,
Dayanapun sedikit tertawa canggung, “Iya mas hehehe,”
Kayvan pun langsung mendorong pelan bahu Dayana agar mendekat kearah meja makan yang ditempati Cia, “Mas panasin dulu ya spaghettinya,”
“Eh Day bis-” ucapannya terhenti dengan tatapan tajam seorang Kayvan,
“Mas, Day, keatas ya,” ucap Domicia yang langsung meninggalkan mereka berdua,
Canggung. Suasana yang menyeruak diseluruh ruangan terasa canggung. Apalagi Dayana dan Kayvan memang baru saat ini bertemu lagi setelah kejadian kala Dayana dicegat beberapa orang yang berniat jahat padanya saat itu,
“Nih, abisin yaa, sama ini susunya juga,” Kayvanpun juga menuangkan segelas air mineral digelas lainnya, kemudia duduk disamping Dayana dengan segelas latte buatan Arvel yang telah ia hangatkan,
“Enak gak?” ucap Kayvan kepada Dayana yang langsung dibalas anggukan olehnya,
Kala Dayana ingin menyuap suapan keduanya, tangannya langsung dicekal oleh Kayvan, dan lengan bajunya langsung digulung oleh masnya itu, “Biar gak kotor,”
Dayanapun tersenyum, “Makasih mas,”
“Luka kamu gimana?”
ucapan Kayvan sukses membuat Dayana menoleh kearahnya yang sedang memperhatikan layar telpon genggamnya,
“Udah gakpapa mas, oiya makasih ya mas, mas sampe bayarin biaya rumah sakit gitu,”
Kayvanpun tersenyum, “Gak masalah, kan mas juga nyari uang buat kamu juga,”
Dayanapun sedikit berpikir sebentar, ada hal yang sebenarnya ingin ia tanyakan,
Kayvan menyadari ada hal yang tidak beres pada Dayanapun menolehkan pandangannya dari layar telpon genggamnya itu, “Keluarin aja Dayana, gausah ditahan atau gengsi gitu,”
Dayanapun sedikit tertawa salah tingkah dengan ucapan Kayvan, “Waktu mas nolongin Dayana, mas udah tau? Kalau Day tuh adiknya mas?” ucapan Dayana langsung dibalas anggukkan oleh Kayvan,
“Makanya mas tau lokasi kamu juga, karena selama beberapa hari sebelumnya, mas terus jagain kamu dari jauh,” ucapnya sedikit berbumbu dusta,
Pasalnya sebenarnya kejadian yang menimpa Dayana itu adalah skenario yang dibuat Kayvan untuk mendapatkan DNA yang ada pada Dayana, tetapi hal itu hanya diketahui oleh dirinya sendiri saja,
Dayanapun hanya menganggukkan kepalanya kala Kayvan bercerita asal mula bagaimana ia mengetahui status Dayana yang seorang Kentara itu.
Malam terus semakin larut, tapi kedua kakak-beradik yang telah terpisah cukup lama itu masih menghangatkan obrolan mereka, Kayvan yang terus bercerita selama 10 tahun yang mereka hadapi, dan Dayana yang hanya bisa tersenyum atau terkadang sedikit tertawa kala ia mendengarkan beberapa cerita yang Kayvan alami.
Hatinya menghangat, perasaan yang selama ini tidak ia rasakan, kembali ia rasakan lagi, bohong rasanya jika saat ini Dayana tidak bahagia, bohong rasanya jika saat ini ia sangat ingin menikmati semua perhatian serta kasih sayang yang para masnya itu kasih, Dayana menikmati ini semua. Sangat amat menikmati, hingga rasanya senyum diwajahnya beberapa hari ini ingin selalu ia patrikan pada wajahnya.