tenth chapt. -
Dayana mengetikkan balasannya kepada pesan yang baru saja ia terima, “Mami nyuruh gue ke rumah, ada apa ya Kay?” Dayana mengucapkannya seraya menyuap nasi yang ia sedang nikmati dan menengokkan kepalanya kearah sahabatnya itu, Kayana yang ditanya olehnya hanya mengangkat bahunya, sebagai tanda ia juga tidak tau perihal apa.
Kayana langsung paham apa maksud ibunya itu, ia memikirkan apa yang akan ia perbuat jika sahabat didepannya ini marah besar kepadanya, karena ia akui hanya Dayana lah yang menerima berteman dengan Kayana sejak ia dan Dayana berada di masa sekolah menengah pertamanya,
“Kay?” Kayana tersadar kala suara Reyga menginstrupsi lamunannya itu, “Eh kenapa, Rey?” ucapnya langsung menjawab panggilan Reyga,
“Stres banget lu ya? sampe pelongo gitu,” ucap Deo kepada Kayana
“Lo gapapa, Kay?” tanya Aydhan yang langsung membuat seluruh pasang mata dimeja itu terfokus kearah Kayana,
Dayana langsung menggenggam telapak tangan sahabatnya itu, “Kay?”
Kayana menggelengkan kepalanya dengan cepat, “Enggak enggak gapapa santai,” ucapnya seraya melanjutkan makan siangnya,
Sejak para Kentara bersaudara mengetahui jika Dayana adalah saudara sepupu mereka, merekapun langsung tanpa malu untuk mengajaknya ke kantin, terlebih seorang Ailesh yang langsung dengan ceria mengajaknya tadi, Dayana yang tidak enak menolaknya, terlebih lagi sifat Avanesh yang tiba-tiba berubah menjadi hangat kepadanya sejak apel harian sekolahnya pagi tadi, membuatnya semakin merasa tidak mampu menolak, padahal dirinya tau persis jika dirinya akan menjadi sosok yang selayaknya patung dimuseum, diperhatikan para pasang mata disana sedari ia memasuki “Kantin Babeh”, yang memang tempat berkumpulnya beberapa para siswa tongkrongan atau anak gaul sekolahnya dan Sky High, sekolah lain yang hanya beberapa blok dari sekolahnya itu,
Bisikan-bisikan santer terdengar oleh mereka lagi, kala sosok yang tidak asing bagi para anak Neo, Alfareza Athaya, seorang anak laki-laki yang beberapa minggu lalu menjadi lawan seorang Edhan Samudera, yang mengakibatkannya dikeluarkan dari Neo Jaya School,
“Waw, waw lihat kita ketemu siapa? para anak kerajaan yang terhormat,” ucap Reza seraya membungkuk seakan memberi hormat dengan senyum seringai diwajahnya,
“Hai bro, long time no see?” Reza mengucapkannya seraya menatap Edhan yang berada duduk bersebelahan dengan Dayana, “Wow, gue tinggal sebentar, selera lo jadi rendah banget ya,” Reza terkekeh bersama para teman satu gengnya yang baru,
“Lo mending pergi, sebelum rahang lo geser jauh dari tempat seharusnya,” Deo mengucapkannya tanpa melihat kearah orang yang ia maksud,
Reza terkekeh mengejek kala ia mendengar ucapannya Deo, “Masih jaman ya ngebengkokin rahang ancemannya? basi banget tau gak,”
“Gimana kalau lo lawan gue, yang menang dapetin cewek disebelah lo,” ucapan Reza membuat Kayana hampir bangkit dari tempatnya jika saja tidak ada tangan Reyga yang menahannya seraya menggelengkan kepalanya,
Beberapa orang telah mengalihkan perhatiannya kearah meja yang ditempati para Kentara bersaudara beserta Reyga, Kayana dan Dayana itu, para Kentara bersaudara masih terdiam tidak menghiraukan ucapan-ucapan Reza, “Dayana bukan barang yang bisa lo jadiin bahan taruhan kaya gitu,” suara Affandra yang sangat jarang keluar kala ada pertikaian seperti ini, akhirnya keluar pula,
“Waw, seistimewa itu kah? sampai seorang ketua osis terhormat ngebelain, mainnya oke nih kayanya, apa digilir? oh bayarannya mahal ya cantik?”
Final. Kata-kata terakhir itu berhasil menyulut seluruh otot kemarahan seorang Edhan,
Buggg
Edhan menatap kedepannya, bukan suara pukulan tadi bukan berasal dari arah kepalan tangannya, melainkan berasal dari kepalan tangan seseorang didepannya,
“Apa? Lo mau ngomong apa lagi?”
“Anj-” Pukulan keras kembali melayang kearah Reza, membuatnya jatuh tersungkur kembali,
“Kalo lo masih disini cuman buat ngeluarin hal sampah kaya tadi, gue pastiin besok lo dan temen-temen lo udah gak bisa lagi dengerin suara cempreng lo itu,” Aydhan mengucapkannya, seraya menatap tajam kearah orang yang ada didepannya,
“Dan mungkin mulai besok, lo harus mulai belajar jalan cuman pake satu kaki aja,” ucap Edhan bangkit dari tempat duduknya seraya menyunggingkan senyum mengejeknya,
“Atau mau belajar mulai gak ada tangan?” ucap Deo yang masih duduk ditempatnya tetapi arah tatapannya tajam melihat ke satu titik, Reza.
“Gue rasa sekarang waktunya lo cabut,” ucap Affandra mengucapkannya dengan masih fokus pada buku bacaannya.
Setelah kepergian Reza berserta para antek-anteknya, Aydhan langsung pergi, yang diikuti langsung oleh Edhan,
Deo yang mengetahui akan kemana mereka langsung menggelengkan kepalanya,
“Here we go again,” ucap Avanesh yang langsung mengangkat kedua bahunya kala menangkap tatapan bertanya dari Dayana dan Kayana,
Bragg
Suara lemparan kursi berbenturan oleh tembok terdengar nyaring berbunyi diatap gedung sekolah Neo Jaya,
“Anjing tau gak?!! bangsat bangsat,” Aydhan berteriak marah seraya menendang tumpukan beberapa kertas didekatnya,
“Tiga,”
“Dia tau gak sih dia tuh kaya bangsat banget??”
“Empat,”
“Ada ya manusia yang mulut sama otaknya brengsek kaya dia?”
“Lima,”
“Argghh anjing, tai, bajingan, brengsek, fuck!!” ucap Aydhan dengan frustasi seraya melemparkan kursi lainnya,
“Sembilan,” Edhan mengucapkannya seraya beranjak mendekati saudara kembarnya yang masih membara emosi itu, ia lalu duduk disamping Aydhan yang membaringkan tubuhnya diatas lantai atap sekolahnya,
“Berapa?” Aydhan mengalihkan pandangannya kearah kembarannya itu, yang langsung dibalas senyuman bulan sabit oleh kembarannya,
“Butuh 2 sampe 3 susu full cream lah,” ucap Edhan seraya terkekeh yang membuat seyum bulan sabitnya kian merekah
“Argghh anjing emang! tai tai,” ucap Aydhan lagi seraya bangkit dan berlalu, dan disusul oleh Edhan dibelakangnya dengan terkekeh dan langsung berlari menyusul langkah kaki kembarannya,
“4 susu kalo gitu mah Ay,” ucapan Edhan, langsung dibalas dengan lemparan penghapus yang langsung mengenai kepala Edhan
Dan hari ini Neo kembali diramaikan oleh kemarahan dari kembar Kentara.