Sabina-nya. —

Setelah memastikan pintu kamar kosannya terkunci, Sabina atau yang akrab disapa Binbin ini segera turun kelantai bawah rumah kosannya itu, menghampiri seseorang yang memang sedang menunggunya didepan gerbang kosannya,

“Hai,” sapa laki-laki dihadapannya seraya tersenyum manis kepada Sabina,

“Hai, aku lama ya jar turunnya? Maafin.. huhu” ucap Sabina kepada Fajar, seseorang yang memang telah lama menunggunya tadi,

Fajar menggelengkan kepalanya pelan, lalu memakaikan langsung sabuk pengaman kepada Sabina, dan mengambil sebuah selimut bulu halus berwarna abu-abu dan menaruhnya diatas pangkuan Sabina, kebiasaannya saat Sabina menjadi penumpang utamanya, memberikan selimut agar wanitanya itu nyaman dikursi penumpangnya.

“Kamu udah makan? Atau gimana?” Fajar menanyakan hal tersebut seraya melajukan mobilnya beranjak dari depan gerbang kosan Sabina,

“Kita gak ke rest area gitu emang?”

“Janjian sih sama anak-anak direst area sentul, tapi kan kita gak tau ada makanan apa disana, Bin.” ucapnya seraya menengok kearah perempuan yang sedang melihat kearah jendela dengan wajah berpikirnya,

“Bin?” Fajar mengambil tangan Sabina secara tiba-tiba, membuat sang empunya terkejut, “Kangen,” ucapnya dengan suara lemah seraya megecup telapak tangan Sabina dengan pelan,

“1 sampai 100, udah sampe mana jar persiapannya?” ucap Sabina yang sebenarnya masih salah tingkah karena perbuatan laki-laki disebelahnya ini yang masih setia menggenggam tangannya, dengan satu tanggannya fokus menyetirkan laju mobil,

“Hmm I think..” ucapan Fajar terputus sehingga membuat Sabina menengok kearahnya, sang empu ternyata sedang berpikir untuk melanjutkan kalimatnya, “60-75% sih, tapi I'm not that sure,” ucap laki-laki itu seraya mengecup lagi tangan Sabina dengan singkat,

“Ganti handlotion ya Bin?” ucap Fajar yang membuat sang pemilik tangan sedikit terkejut karena ditanya perihal hal kecil seperti ini, walaupun sebenarnya ia sangat mengetahui bahwa sang kekasihnya ini memang penikmat detail dari setiap hal disekitar lingkungannya,

Sabina menganggukan kepalanya seraya tersenyum kearah Fajar, “Gak enak ya wanginya? Aku direkomendasiin Hana gitu soalnya bulan lalu,” ucapnya seraya mengendus wangi tangannya yang terbebas dari genggaman,

Fajar langsung menggelengkan kepalanya, “Apapun yang kamu pake aku selalu suka,” ucapan Fajar diakhiri dengan senyuman seraya mengecup pelan telapak tangan Sabina lagi dengan masih memandang fokus kearah depannya,

Sedangkan Sabina yang sedari tadi diperlakukan seperti itu hanya berdiam saja seraya jantung didalam tubuhnya berdetak sedikit lebih cepat dari biasanya, ia tidak bersiap akan sikap Fajar yang manis seperti ini,

Selama hampir 4 tahun mengarungi hubungan bersama laki-laki disebelahnya ini, memang Fajar adalah tipe laki-laki yang akan manis jika sudah bertemu secara langsung seperti ini, dan akan singkat atau bahkan terkesan cuek jika hanya melalui chat saja, tapi tetap saja beberapa sikap manis Fajar masih belum membuat seorang Sabina terbiasa,

Fajar akhirnya bertanya perihal beberapa hal tentang pekerjaan Sabina saat ini, walaupun setiap malam sudah mendengar celotehan panjangnya, tapi itulah Fajar, selalu menaruh ketertarikan lebih jika sudah berhubungan dengan kekasihnya, Sabina Bintang.

Ah, lebih tepatnya Sabinanya kata Fajar.


Fajar dan Sabina turun dari mobil yang mereka tumpangi selama 1 jam lebih itu, dengan Fajar yang memakai hoodie berserta topi dan kacamata hitamnya, sedangkan Sabina memakai topi yang memang tadi diberikan oleh Fajar.

“Halo ibu Sabinaa,” suara sapaan menyambut dua insan tersebut ketika mereka mendekati meja dipojokan kedai kopi terkenal itu yang memang disana sudah dipenuhi oleh beberapa orang sedari tadi,

Sabina pun tersenyum, lalu memeluk Harvey yang memang menyapanya, Harvey, yang akrab disapa Ape ini, dan dirinya memang merupakan 2 orang sahabat sedari mereka masih ditaman kanak-kanak bahkan dari Harvey lah kedua insan yang baru saja datang tadi bisa dapat mengenal satu sama lain hingga memiliki keterikatan satu sama lain sejak kuliah.

Arzhao yang merupakan kekasih Devano yang memang sudah mengenal Sabina sejak dibangku SMA langsung menghampirinya dan memeluknya, “Kangen ih, sibuk banget sih mbak pelukis satu ini,” Sabina hanya tertawa menanggapi ucapan Arzhao yang sedang memeluknya erat ini,

“Lagi banyak pesenan soalnya,”

“Eh iya Bin, lo nerima custom paint gitu gak sih? Yang dari foto gitu,” ucap Mahendra, crew bagian creative dari Drea,

“Nerima kok, kenapa?” jawabnya kepada Mahendra yang membuat Mahendra langsung menghampirinya,

“Guys guys, kenalin ini Dara, dia yang bakal jadi model video klip yang take disentul dan bandung, dan dari sini dia ikut kita yaa,” beberapa crew hanya menganggukkan kepalanya, tanda mengiyakan saja.


Setelah membicarakan beberapa hal seraya makan siang, para crew band Drea berserta para member band Dreapun meninggalkan lokasi tersebut lalu melanjutkan perjalanan mereka,

Sabina dan Fajar telah masuk kedalam mobil mereka, dengan sudah lengkap memasang sabuk pengaman masing-masing, “Jar, tadi yang jadi model siapa namanya?” ucap Sabina seraya memainkan handphonenya,

“Dara,” ucap Fajar tak acuh seraya bersiap menjalankan mobilnya,

“Cantik banget ya di-,” ucapan Sabina langsung terhenti kala Fajar mendekatkan tubuhnya kearahnya, dengan satu tangannya memegang kepala jok Sabina, seraya menengokkan kepalanya kebelakang, ah ini memang kebiasaan Fajar jika ingin memundurkan mobilnya, tapi tetap saja itu masih hal yang membuat jantung Sabina berdetak tidak karuan,

Tiba-tiba Fajar melepas sabuk pengamannya, dan mengecup dahi, pipi kanan dan juga bibir Sabina dengan pergerakan cepat dan juga singkat, “Masih jauh lebih cantik kamu sama Ibu,” ucapnya seraya menjauh lalu memasang lagi sabuk pengamannya, dan melajukan mobilnya,

Jika kalian menanyakan keadaan Sabina sekarang, ia masih mematung, sedangkan dirinya yang berada didalam sudah meleleh berserakan.

Fajar yang menyadari itu hanya terkekeh karena merasa hal tersebut yang membuatnya semakin jatuh kepelukan perempuan disampingnya itu.

Sabinanya memang akan selalu menjadi orang yang akan dia pilih untuk jatuh sejatuh jatuhnya.