perdebatan 3 Kentara.
Alsava Dayana Kentara mengeratkan kembali cardigan berwarna hitam yang ia kenakan,
“Mau makan dulu ga?” tanya Aydan yang baru saja duduk dikursi samping pengemudi dengan menatap manik kedua saudaranya itu.
“Mas tadi kenapa nanyain Danis?”
“Danis who?” bukan suara Aydan yang menimpali pertanyaan dari Dayana, tapi malah suara sosok dibelakang kemudi yang menimpalinya dengan tatapan bertanya kearah saudara kembar disampingnya itu.
“Lo tadi jadi ketemu bang Septi?” Aydan Samudera langsung mengalihkan topik pertanyaan itu dengan pertanyaan lainnya yang ia arahkan kembali ke kembarannya itu.
“Hah? Bang Septi ketua bem pusat mas?” timpal Dayana seraya melongokkan kepalanya ketengah keduanya guna menatap wajah masnya yang terkenal dengan moon smilenya itu, Edhan Samudera.
Edhan menggelengkan kepalanya, seraya mengangkat satu tangannya, “Tardulu, tadi itu Danis siapa?”
“Danis maba ada anak ikom, bang Septi kenapa?” Dayana menimpali pertanyaan Edhan dengan cepat,
“Maba Ikom?”
“Bang Septi nawarin lu jadi menteri dibem pusat ya?”
“Hah? Nawarin jadi menteri?”
“Lu ngapain nanyain maba?” “Mau lu gebet?” Edhan tak mau kalah dengan Aydan yang sedari tadi mengalihkan pembicaraannya.
“Hah mas Aydan mau gebet Danis?” ucap Dayana terkecoh akan topik yang dibawa Edhan seraya berusaha meraih handphone dikantung celananya yang sedari tadi bergetar, “Aduh siapa si yang nelfon,”
“Beneran mau gebet?”
“Lu diomongin apa aja sama bang Septi?”
“Kenapa nanyain maba ikom?”
“Ditanyain mas Deo mau pada makan apa?”
“Bang Septi ngomongin visi misinya ke lo ga tadi?”
“Danis itu kenapa lo tanyain?”
“Ini mas Deo nan-”
“TARDULU!” ucap Aydan dan Edhan serentak memotong ucapan Dayana, membuat Dayana memperhatikan keduanya,
“Ada kejadian apa sama si Danis itu?
“Lo mau nerima tawarannya bang Septi kalo dia nawarin offer jadi menteri pusat?”
“Tadi emang mas sama Danis kenapa? terus bang Septi ngomong apa?” ucap Dayana yang langsung bergabung ke perdebatan keduanya kembali,
selama lebih dari 30 menit ketiganya masih saling bertanya tanpa ada ujungnya, yang mengakibatkan mobil yang ketiganya tumpangi juga masih berada diplataran fakultas komunikasi dari kampus mereka itu,
UDAH UDAH WOY! SEKARANG GUE YANG NGOMONG suara Basudeo Haris terdengar sedikit keras dari arah telephone genggam yang saat ini Dayana masih pegang, ternyata selama perdebatan berlangsung Dayana lupa mematikan telfon yang tadi masih tersambung,
“Lah masih nyambung?”
Udah ya dek bilang mereka debatnya nanti aja, oke? udah malem kasian kamu cape ucap Basudeo diujung telfon lainnya, yang langsung membuat seorang Aydan melirik jam tangan hitam yang digunakan oleh Edhan,
“Iya udah mau jam 11, cabut udah,”
dan ucapan Aydanpun menjadi ucapan yang mengakhiri sesi debat tiada ujung mereka itu, dan membuat selama perjalanan kekediaman Kentara menjadi sunyi.