malam dirumah Kentara.


Dayana yang baru menaruh sheet mask diwajahnya segera membukanya kembali dan langsung melesat dengan cepat keruangan yang diberitahukan oleh Byantara dalam kolom chatnya tadi, kerisauan serta keburu-buruannya mengundang tanya dari kedua saudara kembar sekaligus sahabatnya itu yang memang sedang berada didalam kamarnya.

“DAYANA MAU KEMANA?” Ailesh Reka memanggil saudara perempuannya itu dengan sedikit berteriak.

“BENTAR!” seruan tak kalah keras dari Dayana seraya segera keluar dari kamarnya itu.

Dayana berpikir dengan cepat bagaimana menjelaskannya, didalam otaknya saat ini ia mulai memilah kata mana yang tepat untuk ia sampaikan kepada ketiga masnya itu yang memang terkenal sedikit posesif pada dirinya, apalagi disana ada seorang Edhan, karena bahkan satu fakultasnya tau bagaimana keposesifan Edhan pada dirinya.

Tiba-tiba saat ia terburu dengan langkah kaki cepatnya, tubuhnya ditahan oleh rentangan tangan didepannya, dilihatnya seorang Affandra dengan kacamata yang masih bertengger ditulang hidungnya, dan juga tak jauh darinya ia melihat wajah yang hampir sama oleh mas sepupu yang menghentikan langkahnya itu, dengan tatapan bertanya ia menatap manik hitam kecoklatan itu,

“Jangan dulu, ntar aja.” Affandra langsung menatap manik mata Dayana untuk meyakinkannya,

“Gak bisa aku harus jelasin,” “MAS IHHH!!” ucapan keras dari Dayana berhasil membuat kelima manusia yang jaraknya sedikit jauh didepannya ikut melihat kearahnya, “Dayana mau jelasin.”

Aydan yang melihat Dayana langsung menghampiri Dayana tanpa berpikir dua kali, tapi langkahnya tentu kurang cepat dibanding seseorang yang saat ini telah menyingkirkan tangan seorang Affandra dari bahu Dayana, dengan auranya yang masih cukup mencekam, dengan tatapannya yang menajam dan rahang mengeras, Edhan Samudera berhenti tepat beberapa jengkal didepan Dayana dengan tangannya yang ia silangkan didepan dadanya.

Dayana menghela napasnya, melihat kesekitarnya lalu berhenti sebentar menatap manik mata dari seorang Byantara yang langsung mengangguk meyakinkan ke arahnya, “Jadi, tadi tuh...” Dayana menjeda kalimatnya, karena tiba tiba saja ada rasa sedikit takut mengucapkan kalimat selanjutnya itu, dengan masih terdiam, menghitung mundur dari urutan 5 hingga 1 didalam otaknya, lalu ia mulai menghela napasnya lagi, “Tadi itu aku jalan berempat, aku as you guys know, Alesh, Anesh, dan pasti kalian udah tau, the main topic ka Reygas...” ia menghentikan ucapannya lagi, “TAPI TAPI TAPI!! tadi itu jalan idenya aku, bener bener semuanya itu IDE. AKU.” sengaja ia tekan kata terakhirnya agar setidaknya para mas didepannya ini tau.

“Tapi kan kam-”

“Aku udah besar mas Edhan. Ini udah 2025, aku bahkan udah legal, karena aku 21 tahun sekarang, kalian inget gak sih? dan masalah tadi tuh cuman kecil.” ucap Dayana dengan nada suara lemah, ia sungguh lelah sebenarnya saat ini, dengan kegiatannya yang cukup padat, apalagi tadi rapat himpunannya cukup menyiksa dirinya, dan ditambah persoalan yang menurutnya kecil.

“Tapi kamu disini salahnya gak bilang dulu ke para mas mu,”

“Para mas mu ini taunya kamu jalan sama Anesh Alesh,”

ucapan bergantian dari seorang Edhan dan juga Aidan berhasil membuat Dayana tertegun, ia baru sadar ia juga salah disini.

“Maksudnya para mas itu, kamu gak bisa gitu aja pergi seenak hati, Cantik. Banyak orang jahat diluar sana dan mas gak tau itu. Kita cuman khawatir,” Byantara akhirnya mengambil hak bersuaranya, dengan suara lemah lembutnya seraya menghampiri Dayana yang sedari tadi hanya diam saja, Ia langsung rengkuh Dayana lalu mengusapkan punggung perempuan itu dengan lembut.

Aidan, Aydan dan juga Edhan pun menghela napasnya, sedangkan Basudeo, Affandra dan juga Kegan hanya terdia sedari tadi, karena mereka tau ketiga saudaranya yang lain itu sudah cukup mewakilkan mereka.

“Dayana paham kan harus apa?” “Jangan git-”

“Aidan?”

ucapan Aidan terputus tatkala kepala seorang Domicia muncul dibalik pintu yang membatasi antara area kolam renang milik mereka yang berada diruangan dengan sebuah ruang tamu yang memang selalu digunakan untuk menerima tamu atau teman-teman dari keluarga Kentara.

“Temen temen lo dateng,” ucap Domicia setelah ia berhasil menterjemahkan raut wajah bertanya dari Aidan, “Ini ada apa ya?”

Dayana menyembulkan kepalanya dari balik lengan seorang Byantara yang mendekapnya, “Mas Ci-”

“Gapapa Ci, ayo.” ucap Aidan yang langsung memotong ucapan Dayana dan langsung berlalu menghampiri Cia,

“Ay lu lam- eh sorry sorry kirain Aidan sendiri, maaf ya.” ucap seseorang laki-laki -yang kebetulan temannya Aidan yang baru saja datang- dengan raut wajah terkejutnya itu, pakaiannya yang cukup dibilang sedikit formal, dengan kancing kemeja teratasnya yang ia sengaja lepaskan, dan dengan lengan kemeja yang telah ia gulung dengan asal, ia tersenyum kearah semua manik mata yang ada didalam ruangan itu, hingga ia berhenti didalam kedua manik mata seseorang.

“Eh iya, lu mah udah kenal sama semuanya ya, kecuali dia nih, nih kenalin the last Kentara,” ucap Aidan seraya menuntun jalan dari temannya itu,

“Alsava Dayana,” Dayana mengulurkan jabatannya kearah teman dari salah satu masnya itu,

“Prananta Theo, panggil Theo aja,” ucap laki-laki didepan Dayana dengan senyuman sedikit lebar dari wajah laki-laki yang sedikit seperti kucing itu, Pranta Theo Delion, menatap manik mata kecoklatan didepannya.