Makan malam The Kentara.
Seluruh anggota keluarga dari Kentara bersaudara kini mulai menduduki kursi yang biasa mereka tempati untuk makan malam, sebenarnya terkadang mereka bebas menempati tempat mana saja, hanya sekarang sepertinya suasana diantara mereka belum bisa dibilang biasa saja dikarenakan kejadian malam itu, dimana semua amarah dari Kentara bersaudara meluap.
Byantara dan juga Aydhan yang memang sejak 5 tahun setelah kepergian para orang tua mereka memiliki tanggung jawab akan makanan pada sarapan dan makan malam seluruh keluarganya itu, saat ini sedang mempersiapkan makanan-makanan yang memang sudah dibeli oleh Aydhan, menaruh satu persatu kedepan para pemilik makanan tersebut, Aydhan menduduki bangku yang bersisian dengan Edhan dan Affandra, sedangkan Byantara yang berada didepan Edhan kini bersisian dengan Kegan dan juga Domicia, setelah Byantara duduk nyaman ditempatnya, panjatan doa yang biasanya mereka lakukan sebelum menyantap makan malam dan sarapanpun dimulai, “Terimakasih tuhan atas makanannya pada malam hari ini, kami sangat mensyukurinya. Semoga kami bisa selalu menikmati setiap nikmatmu pada hari-hari selanjutnya” ucapan dari Ramedella dibalas dengan anggukan serempak dan kata amen didalam hati mereka, tentunya.
Saut menyaut obrolan yang biasanya akan terdengar kini seakan redup, menyisakan saling tatap antara satu dengan yang lainnya seakan meminta tolong untuk menyudahi keheningan yang sedikit canggung ini,
Alsava Dayana, yang memang sedari tadi memperhatikan para saudaranya melemparkan tatapan akhirnya berdeham, melihat ke satu persatu manik para saudaranya, dan yang terakhir, ke manik mata para mas tertuanya, Dayana berdeham sekali lagi, guna meringankan tenggorokannya yang sebenarnya tidak terlalu gatal itu, meminum kembali minuman yang ada didepannya, lalu mengehela napasnya, sapuan tangan lembut pada tangan kanan dan juga punggungnya itu sangat amat membantu dirinya sekarang, ucapan terimakasih tanpa suara kepada Ailesh Reka, dan Avanesh Reka yang memang sedari tadi memenangkannyapun bisa dimengerti oleh keduanya,
“Aku... Mau... Minta maaf mas.” ucapan Dayana sedikit melemas, dengan jeda tiap katanya yang lumayan lama. Dayanapun menghembuskan napasnya secara perlahan, “Kemarin, aku terlalu emosi nanggepin para mas, dan seharusnya gak seperti itu, karena seharusnya aku minta maaf sama para mas, karena aku salah disana, gak seharusnya aku kaya gitu kan... Maaf mas, aku minta maaf..” ucapan terakhir Dayana berhasil meloloskan air mata yang sempat ditahannya tadi, ia merutuki dirinya sendiri mengapa ia sunggu cengeng saat ini,
Tidak ada yang berani bersuara, tidak ada yang berani membalas, karena sejatinya mereka juga menunggu sang mas paling tua untuk menanggapinya terlebih dahulu sebelum mereka, mendahulukan yang tua dapat berarti menghormati mereka itu lah yang selalu mereka pegang teguh agar tidak berperilaku seenaknya, Ramadella yang sedari tadi masih terus memakan makanannya kala Dayana mengeluarkan sepatah katanya, kini ikut melihat kearah satu persatu para adiknya, Ia sangat tau bahwa para adiknya menunggu responnya.
“Para mas juga minta maaf sama Dayana, karena respon kita juga cukup keterlaluan selama ini.” ucapan Ramadella berhasil membuat dirinya kini menjadi pusat perhatian, tatapan tanya dari manik mata Kayvan dan Davendra menyerang ke dalam maniknya, “Kenapa? pada gak mau minta maaf juga? siapa yang ngajarin seangkuh itu?” Ramadella meminum minuman berwarna kemerahan didepannya, lalu melihat satu persatu para adik laki-lakinya, “Kita harus akui kalau kita salah juga malam itu, kita terlalu keras kan? tapi Alsava..” Ramadella menatap manik kecoklatan sang adik perempuan yang saat ini membeku ditempatnya kala ia mendengar nama depannya disebut, “Kemarin itu terakhir. Jangan mentang-mentang kamu sudah 20 tahun, dan mas Kayvan tau semua lokasi kamu, terus kamu jadi menganggap enteng. Permasalahan disini gak bakal ada kalau kamu gak seperti itu kemarin. Kamu itu perempuan, lebih riskan untuk dapat perlakuan jahat dari sekitar, kami semua percaya sama kamu, tapi ingat, kami gak akan pernah percaya sama lingkungan sekitar kamu.”
ucapan terakhir dari Ramadella membuat semuanya mengangguk setuju, para mas dari Dayana satu persatu mulai menghampiri Dayana dan merangkul pundak hingga memeluknya, menghantarkan rasa sayang dan permintaan maaf mereka, tidak ada kata-kata yang terlampau berlebihan, dan tidak disuarakan dengan lantang, hanya bisikan bisikan kata maaf dan kata sayang yang langsung mereka bisikan tepat didepan telinga dari adik perempuan mereka, pusat semesta mereka, dan seseorang yang akan selalu mereka perjuangkan secara bersamaan, hanya Alsava Dayana Kentara, yang bisa membuat ke-14 kepala dari Kentara bersaudara menjadi satu titik.