makan malam bersama.


Suara dentingan piring bersentuhan dengan sendok dan garpu yang bersahutan memenuhi seisi ruang makan dari keluarga besar Kentara pada malam dipertengahan bulan Agustus.

Malam ini kehangatan pada makan malam yang biasanya dirasakan oleh seluruh anggota keluarga seakan menguap memenuhi udara sehingga menjadi sedikit dingin bagi beberapa orang, tidak ada obrolan hangat dari mereka, tidak ada sahutan kekonyolan dari beberapa orang disana, hanya sunyi dan saling tatap bertanya pada satu dengan yang lainnya.

“Gimana kegiatan kampus kalian? Basudeo? Aydhan? Affandra? Edhan?” suara Ramadella menghancurkan kesunyian diruangan tersebut, membuat keempat orang yang namanya disebutpun melemparkan tatapan saling tanya dengan raut wajah bingung tak tahu apa-apa.

Basudeo berdehem guna membasahi tenggorokannya yang sebenarnya tidak terlalu kering itu, “So far so good sih mas, aman aja, baik Deo, Ay, Ed maupun Affand,” Basudeo menghentikan ucapannya seraya menatap ketiga saudara sepupunya dengan tatapan memohon bantuan,

Just like usual aja sih mas, praktek a b dan c, ujian a b dan c segala macem gitu lah,”

“Rapat, kalau Ay rapat sih tapi ya gitu aman selama ini,”

“Aku sibuk sih, sibuk makan, sibuk latihan ini itu, sibuk-”

“Sibuk ngeceng cewek, ya kan?” Arvel yang mengucapkan hal tersebut membuatnya mendapatkan pukulan pelan dilengannya oleh Cia yang berada disampingnya, Arvel tersenyum lebar menampilkan gigi berserta lesung pipinya kearah Edhan yang baru saja ia potong omongannya tadi, “Sorry bro,” ucap Arvel yang langsung dibalas tatapan tajam dan gelengan oleh Edhan.

“Mas tunggu diruangan mas Rama ya,” Kayvan mengucapkannya seraya menepuk bahu Aidan dan langsung berlalu, sedangkan seorang Aidan yang bahunya ditepuk langsung merespon dengan respon tubuh yang menegang seakan tubuhnya tersengat aliran listrik, dirinya langsung menatap kearah netra keempat manusia yang telah mengetahui semua masalahnya dengan tatapan memelas, sedangkan keempat manusia tersebut langsung membalas dengan tatapan seakan menyemangatinya, bagaimana tidak Aidan akan dihadapkan oleh ketiga kakak laki-laki tertuanya, jika diibaratkan dengan kejadian di kehidupan ini, Aidan seakan akan ingin menghadapi perang antar negara yang mempertaruhkan nyawanya.

Dan akhirnya ucapan seorang Kayvanpun menghentikan seluruh hawa keinginan makan dari seluruh anggota keluarga Kentara dan kegiatan makan malam inipun terhenti seketika.

Can i just die now?” Aidan mengucapkannya didalam hatinya seraya mengacak puncak rambut hitam kecokelatannya.