knight whithout a horse.
Suara dentingan dari gelas kaca silih berganti, menjadi suara pendukung yang semakin memenuhi ballroom hotel tempat terlaksananya acara bergengsi dari para pebisnis ulung nan sukses negri setiap tahunnya, The Great Golden Business adalah sebuah acara lelang amal tahunan yang dilaksanakan oleh salah satu forum tempat para pebisnis berkumpul menyalurkan ide atau bahkan koneksi satu sama lainnya, sebenarnya seperti acara bisnis pada umumnya, selain acara utamanya yaitu lelang amal, acara ini juga merupakan sebuah ajang bagi para pebisnis saling adu gengsi dan pamor mereka terhadap satu sama lainnya.
“You're okay princess?” ucap seorang laki-laki bertubuh tegap tinggi dengan balutan tuksedo hitam rapih dan elegan, disampingnya terdapat seorang perempuan berparas cantik yang disempurnakan dengan balutan gaun malam hitam yang anggun serta stiletto heels dari brand ternama yang ikut melengkapi penampilannya saat ini, Dayana dan Kayvan, kini bersisian dengan tangan Dayana yang terkunci rapat menggenggam lengan dari kakak laki-laki disampingnya itu, mengikuti langkah dari kakak laki-laki tertuanya didepannya,
“Mas mending kita duduk aja, kasian Dayana pegel kali itu kakinya,” ucap suara bariton disisi lain dari Dayana, ya saat ini memang posisinya diapit oleh kedua kakak laki lakinya itu, Kayvan Tian Kentara disebelah kanan, dan Kegan Ayundra Kentara disebelah kirinya diikuti oleh ketiga kakak laki-lakinya yang lain, yaitu Byantara, Aidan dan juga Edhan seperti mengamankan sesuatu berharga yang berada ditengah mereka, Alsava Dayana.
“Gak terlalu pegel sih, tapi ya paling abis pulang dari sini aku langsung nyuruh Alesh sama Anesh buat mijetin kaki aku sama nempelin koyo,” ucapan polos dari Dayana sukses membuat ke lima kakak laki-lakinya yang sedang berada didekatnya itu tertawa,
“Ada apa kalian ketawa?” ucap seorang laki-laki yang memiliki prawakan tak kalah menawan dari keenam orang didepannya itu, hanya yang membedakannya, ia yang paling tinggi serta paling tua dari keenamnya.
“Ini si Dayana, kalo gak duduk nanti minta dipakein koyo,” jawab asal Aidan yang langsung dihadiahi tonjokan diperutnya, “Aduh! Kok ditonjok sih orang bener tadi kamu ngomong gitu.”
“Kita beneran kemusuhan aja deh mas beneran deh.”
Edhan yang mendengar itu sedikit tertawa dan langsung mengambil alih adik perempuannya itu dengan mengalungkan lengannya pada leher adiknya, “Ayo kita cari duduk aja Day,”
“Eh tunggu tunggu,”
Dan keenam kakak laki-laki dari Dayana lainnya pun mengikuti langkah dari Dayana dan Edhan tersebut,
Semua pasang mata tak terkecuali memalingkan matanya seakan mereka merupakan barang antik dan keberadaannya sangat jarang terlihat, tak ayal beberapa orang pun mulai mengeluarkan beberapa telephon genggam mereka untuk memotret ketujuh orang cucu dari The Kentara Corps, yang dimana pasalnya sangat jarang sekali untuk hadir kedalam acara The Great Golden Business ini, apalagi ini tidak hanya satu atau dua orang saja,
“Berasa primata dikebun binatang dah,” Aidan langsung meneguk minuman kekuningan didepannya kala ia langsung dihadiahi tatapan tajam dari kedua kakak laki-lakinya setelah menyelesaikan ucapannya,
Byantara menahan pergerakan dari tangan Ramadella, “Jangan asal makan cake mas, takut ada kacangnya, mas kan lagi gak bisa makan kacang,” setelah mengucapkannya Byantara langsung mengangkat piring kecil yang ada didepan kakak laki-lakinya itu,
“Padahal gak ada kacangnya,” ucap Kegan seraya menyuap kue yang sama dengan yang Byantara sisihkan tadi, dan hal tersebut langsung membuat Ramadella menatap Byantara yang langsung mengalihkan pandangannya kearah panggung tempat acara utama The Great Golden Business dilaksanakan.
Benda demi benda ditunjukkan oleh para pebisnis yang hadir, tawaran rendah hingga tinggi diajukan terus menerus secara bergantian, dari mulai lukisan, pakaian, hingga beberapa barang antik sukses dibawa pulang oleh pemiliknya, dan nanti uang jual beli yang sudah ditawarkan tadi 50%nya tentu diperuntukkan untuk kegiatan amal pada panti asuhan atau beberapa posko bencana yang sedang terjadi dibeberapa negara,
prangg
Suara pecahan gelas sukses membuat beberapa pasang mata teralihkan kesumber suara, Dayana terpaku kaget karena pasalnya ternyata dirinyalah yang tidak sengaja membuat kegaduhan itu,
“maaf maaf nona saya tidak sengaja,” ucap seorang pelayan laki-laki yang tadi membawa baki berisi gelas-gelas yang tidak sengaja tersenggol oleh Dayana itu,
“Ah tidak ini aku yang salah maaf,” Dayana terkejut kala tangannya yang hendak membantu pelayan itu ditahan oleh kakak laki-lakinya, Kayvan,
“Biar mas aja, kamu cukup minta maaf,” Kayvan langsung menggantikan posisi Dayana, dengan mata tajamnya ia menelisik sesuatu, ada beberapa hal yang ia curigai ketika awal masuk kedalam ballroom ini, tapi hal itu ia langsung tepis karena tak mau mengganggu jalannya acara besar ini, terlebih membuat kegaduhan dan membuat malu kakak tertuanya, “Who send you?” ucap Kayvan setengah berbisik kala ia menunduk membantu pelayan laki laki didepannya itu,
“Maksud bapak apa ya?”
Kayvan tak langsung menjawab, ditodongnya secara diam-diam sebuah senapan yang telah ia persiapkan, “Let's make it this time more quite, and don't make any ocean of blood in this room, shall we? I know exactly how many of them in this room tonight,”
“In your dream, Kayvan,”
“KEGAN! AIDAN!”
dorrr dorr dorr
Bunyi tembakan keras yang berasal dari senapan disamping sudut ruangan lain sukses membuat Kayvan mengalihkan pandangannya, pasalnya ia mengira pelatukan itu akan mengenai kedua adik laki-lakinya, tapi ternyata salah, dan hal itu sukses membuat ketiga saudara laki-lakinya yang ikut waspada akan sekitarnya, mereka langsung berdempet kearah adik perempuan mereka,
“Hei hei, look at me, okay? Pejamin mata princess, dan dengerin aja suara yang dari airpod oke? You'll be fine, I promise, and they would be fine too,” ucap Kayvan kepada adik perempuannya yang sekarang berada diantara keempat kakak laki-lakinya termasuk dirinya itu, sedangkan Aidan dan Kegan setelah diteriaki oleh Kayvan tadi langsung terburu-buru keluar dari ballroom dan mengabari pasukan dari kakak laki lakinya itu,
“You should too,”
“Of course baby, don't worry,” Kayvan mengecup puncak kepala adik perempuannya itu dengan perlahan,
Setelahnya suara tembakan tembakan dan jeritan beberapa orang sukses menjadi iringan ditelinga Dayana pula, Dayana dengan kuat memejamkan matanya, menggenggam dengan erat tangan salah satu kakak laki-lakinya, Byantara, yang memang selalu sukses menjadi penenang dari para adik-adiknya itu.
“Kayvan, kayvan, serahin disk biru itu sekarang, atau kalo enggak orang orang disini abis semua,”
“Lo siapa? Lo pikir gue takut hah?” ucap Kayvan menantang seseorang laki-laki dengan prawakan sedikit timur tengah didepannya,
Seseorang itu maju kearah Kayvan dengan berani, dengan berjarak hanya sepersekian centi dengan Kayvan,
Sedangkan Kayvan langsung mendorongnya menjauh, karena posisi dirinya tadi terlalu dekat dengan keempat saudaranya itu, “Lo kalau ada masalah sama gue, selesaiin sama gue,” Kayvan menatap lawan bicaranya dengan tajam diikuti suara kekehan dari lawan bicaranya itu,
“Lo kalah jumlah Kayvan, akui itu, lo gak bisa menang lawan gue,”
dorr dorr dorr dorr dorr dorr
bunyi tembakan dari senapan kembali terdengar, lalu setelahnya beberapa orang yang memakai pakaian pelayan yang meyandera beberapa orang didalam ballroom ikut tersungkur dan tergeletak dengan darah yang mengalir dari kepala mereka,
“Anda yakin anda bisa kalah dari saya?” Kayvan tersenyum menang, pasalnya semua orang yang ia tembaki itu adalah orang suruhan yang bodoh dari pria didepannya, dan setelah kekacauannya itu bunyi tembakan lain kian terdengar bergantian.
plakk
Suara tamparan sukses membuat semua pasang mata yang ada didalam ruang keluarga itu mengalihkan pandangannya,
“Aw!! Sakit la,” ucap Kayvan mengadu kepada perempuan cantik didepannya,
Alana hanya bisa mendengus dan memincingkan pandangannya kearah laki-laki didepannya itu, “5 bulan Kayvan, 5 bulan, kenapa sih gak bisa nahan yang begini begian?” ucap Alana seraya menekan secara sengaja lagi dan lagi luka yang sedang ia obati itu.
“Aaaw sakit la sakit, iya ampun la anjir sakit, gila lu ya,”
“Iya gue gila, gue gila gara-gara calon suami gue sinting juga,” Alana menghentakkan kakinya keatas ubin marmer berwarna krem khas ruang keluarga dari kediaman Kentara Saudara,
“Kak Ala udah makan?” tanya Aydhan kala ia baru saja masuk kedalam ruangan keluarga itu, yang langsung dihadiahi gelengan oleh saudaranya lain,
Kini Kayvan, Ramadella, Edhan, Byantara, Kegan, Aidan serta Dayana telah berada didalam rumah tersayang mereka, dengan Dayana yang langsung diurus oleh Domicia dan juga Affandra, sedangkan Edhan dan Aidan tadi baru saja dibersihi luka bekas perkelahian mereka oleh Arvel, sedangkan Kegan dan Byantara langsung diurus oleh Davendra yang langsung pulang dan membatalkan perjalanan dinasnya, sedangkan Ramadella, langsung diobati oleh kekasih hatinya, Jovanka Alya,
“Tau omelin aja Al, masa mau nikah malah babak belur gak keren banget,” Davendra langsung dihadiahi timpukan bantal sofa oleh Kayvan yang langsung membuat beberapa orang tertawa itu.
Alana yang melihat itu hanya menggelengkan kepalanya dan beberapa kali memicingkan senyumnya dengan getir.
Alana mendekati sosok laki-laki dengan piyama hitam khasnya, ia tahu siapa laki-laki tersebut,
“Hai,”
“Kok belum tidur?” ucap laki-laki yang dihampirinya dan langsung membersihkan tempat duduk disamping laki-laki untuk Alana duduki, “Gak bisa tidur atau gimana?”
“Aku kepikiran kamu,”
“Kepikiran aku?” “Kenapa?”
“Kalau kita nikah nanti, kamu akan gini juga?”
“Gini? Gimana?” Kayvan langsung tersenyum kala mengerti maksud dari Alana itu, “La, waktu aku minta kamu jadi pacar aku waktu itu, aku udah ngomong kan keadaan keluarga ku gini, aku dintuntut untuk ini, dan aku bener-bener ngomong kan waktu itu sama kamu, kalo kamu sanggup ayo jalan sama aku, kalo enggak yaudah gak usah, aku gak pernah minta kamu nyoba ngerti, tapi aku langsung menuntut kamu untuk ngerti, karena hal ini emang gak bisa aku batalin atau aku kesampingin, aku pelindung mereka sejak dulu, takdir aku jadi pelindung mereka dan akan selalu seperti itu,”
Alana menghela napasnya pelan, ia salah bicara seperti itu oleh laki-laki yang akan menjadi suaminya ini, ia padahal sudah tau bagaimana konsekuensi hidup dengan seorang Kayvan Tian, dan ia sebenarnya sanggup akan itu, tapi melihat lukanya tadi, melihat luka dari adik adiknya tadi, ia kembali mempertanyakan beberapa hal tidak masuk akal,
“Aku bakalan tetap dan akan selalu jadi baja pelindung mereka, Alana, apapun yang terjadi.” Kayvan langsung berdiri dan meninggalkan seorang Alana Berlyn merutukki kebodohannya akan ucapannya itu.