Kantin Fakultas Komunikasi, Universitas Lyxion Jakarta.
Turtle neck hitam dengan model yang sangat pas dengan tubuh dilengkapi dengan loose pants abu-abu dan topi hitam dengan merek ternama telah sempurna melengkapi penampilan seorang gadis bersurai gelombang kecoklatan yang kini ia biarkan tanpa tatanan apapun, sedari dirinya memasukki kawasan kantin yang didesign dengan minimalis dan cukup luas ini, ia langsung memikat seluruh perhatian dari orang-orang yang memang sedang menikmati santapan sore mereka, dengan semakin merapatkan topi dan tote bag hitam yang ia kenakan sekarang, ia melenggang dengan tatapan tertuju pada satu titik. Dan berhasil duduk dengan nyaman disamping seseorang dengan laki-laki bertubuh sedikit lebih pendek dari laki-laki didepannya, yang saat ini telah menatap dengan jengkel dirinya.
“Oh, come on mau sampe kapan sih lo mau marah sama gue? harus berapa kali minta maaf lagi?” ucap gadis tersebut, Dayana, Alsava Dayana kini tetap menatap kedepan, kearah wajah dengan rahang tegas yang balik menatapnya kembali,
“Makan gak?”
Dayana berdecak sebal, pasalnya kalimat yang tadi ia lontarkan tidak digubris sama sekali oleh orang tersebut, “Iya, tapi lo- IHHH GUE BELOM SELESAI NGOMONG AILESH REKA!!” ucapan sedikit teriak oleh Dayana berhasil membuat beberapa pasang mata yang tersisa diruangan kantin tersebut memperhatikannya,
“Easy,Dayana. Gak perlu teriak.” ucap seorang Avanesh yang memang sedari tadi disampingnya dengan masih menatap layar laptopnya itu, “Dia juga tau lo gak bakal mau makan kalau dia gak ngajak ngobrol lo duluan.”
Dayana menoleh kan kepalanya kearah sampingnya, melepas topi hitamnya, lalu menumpu kepalanya itu dengan tangannya, “You still mad?”
“We're not mad, we can't. Cukup kesel aja,” Avanesh mengehela napasnya dan kemudian menatap kearah saudara sepupunya itu, “Lo tau kan dimana kesalahan lo?” pertanyaan Avanesh langsung mendapatkan anggukan dari seorang Dayana, “Jangan lakuin lagi. Gue kan udah pernah bilang sama lo, hidup gue, hidup Ailesh, hidup para mas, dan hidup lo itu bukan cuman punya diri lo sendiri, so if some bad things happen to you, yang bakalan hancur bukan cuman lo doang, tapi kita semua. You get it?” kalimat tanya terakhir dari seorang Avaneshpun diabalas anggukan jelas oleh Dayana.
Selang beberapa lama, seorang Aileshpun datang membawa beberapa makanan untuknya dan kedua saudaranya itu, tak perlu menanyakan saudaranya ingin makanan yang seperti apa, karena ia telah tau dan hapal diluar kepala tentang makanan apa yang akan mereka makan disaat seperti ini, seperti sekarang ia menyerahkan satu ayam geprek dengan level cukup pedas dan es teh manis yang telah dibelinya kehadapan Dayana, disisi lain Avanesh telah mengambil semangkuk mie ayamnya dan segelas es jeruknya itu,
“Maaf...” ucapan pasrah dari Dayana membuat seorang Ailesh Reka menengokkan kepalanya kearah Avanesh, yang langsung dibalas oleh Avanesh dengan mengangkat kedua bahunya seakan acuh, Dayana menghela napasnya ketika melihat reaksi dari kedua saudaranya itu, “Maaf karena udah bikin kalian khawatir, dan jadi nyusahin kalian, maaf ya, janji gak akan bikin khawatir dan nyusahin lagi.”
“AWWW! AILESH!” Dayana merintih kesakitan setelah kepalanya dipukul dengan sendok yang digenggam oleh Ailesh, “Sakit ih!”
“Sukurin. Makanya gausah bandel. Lagian, apaan tuh tadi omongannya. Ya ga akan bikin khawatir oke lah gue terima, tapi gak buat gak nyusahin lagi ya. I've told you before, kan? Sekarang lo gak sendiri, ada gue dan ada Anesh, jadi use us untuk kepentingan lo, entah itu nyusahin, atau gak.”
“Dih! Ogah ah, gak mau gue disusahin dia, lo aja lah.” Avanesh mengungkapkannya seraya menyeruput kembali es jeruk yang ada didepannya, dan ucapannyapun mampu membuat bercanda bercandaan tercipta kembali diantara mereka.
Tenang, dan hening, hanya beberapa obrolan ringan yang menemani santap sore mereka hari ini, Ailesh yang memang terkenal paling cepat menghabiskan makanannya diantara mereka mulai mengelap sisa makanan dimulutnya, dan menegak air yang berada didalam botol minuman kemasan disebelah piring makannya itu, “So, Day, you two have a things, right?”
“Two? Siapa?”
Ailesh berdecak sedikit sebal dengan tingkah kepura-puraan dari Dayana tadi, “Lo sama kak Reygas,” suara tenggorokan tersedak langsung keluar dari diri Dayana seakan membalas ucapan seorang Ailesh yang memang membuat Dayana terkejut.
“Lo tau kan jawabannya apa. Gak ada apa-apa, Lesh.” Dayana masih menyuapkan beberapa makanan yang tersisa dipiringnya.
“Tapi lo berdua sering jalan, dan bukannya sering chatan juga?” pertanyaan Ailesh sukses mencuri atensi dari saudara kembar didepannya, yang langsung menengokkan kepalanya kearah Dayana,
“Lo sering chatan?”
“Gak sering ih apaan sih, cuman beberapa kali, jalan kan juga sama lo pada juga seringnya.”
“He's nice to you, kan?” ucap Ailesh menyelidik kearah manik mata Dayana, dan langsung dibalas anggukan serta sekelebat binar disana.
“He's nice, maybe too nice? Haha I don't know sih, dia baik sama gue doang atau sama yang lain juga, but can I be honest with you guys?” ucapan Dayana langsung dibalas anggukkan dengan cepat oleh kedua saudaranya, “Kayanya gue baper sih sama dia, maksudnya kaya there's sparkling when he call me cantik or when he call me babe, well I know, mungkin dia bercanda aja tapi kaya.... gak tau lah,”
“Kita sama para mas sering manggil lo gitu,”
“Iya bener kata Anesh, kita sering manggil lo gitu,”
ucapan balasan dari kedua saudaranya berhasil menciptakan putaran pada mata Dayana dengan jengkelnya, “Ya beda gitu loh, paham gak sih? kaya beneran beda sumpah deh. Dan gue gak ngerti kenapa.”
“Lo udah berapa lama sih sama dia, Day? no, I mean, deket gitu kaya jalan atau chatannya,”
“Dari lulus SMA, berarti berapa? arround 2 or 3 years berarti.”
“Selama itu dia nge-treat seakan dia itu cowok lo gitu? maksudnya ya kaya calling you babe or pretty or rub your head or patting your head gitu?” Dayana terlihat kaget dan sedikit kikuk kala mendengar kalimat pertanyaan terakhir dari seorang Ailesh yang membuat seorang Ailesh juga tersenyum mengejek, “Gue liat kali, even kita jalan bertiga, but you both having a live in different zone.”
Dayana mulain berpikir sejenak, mulai mengulang kembali beberapa memori sampai akhirnya ia berhenti disatu titik, “Enggak, baru kaya gitu pas Commufest waktu kita maba itu, yang dia jadi pendamping gue pas jadi koor acara,”
Avanesh menutup laptopnya, lalu meminum air jeruk yang sudah bercampur dengan esnya yang telah meleleh karena lama ia diamkan, menatap bergantian kearah dua saudara sepupunya yang masih diam, yang tadi hanya diakhiri dengan anggukan seorang Ailesh saja seperti menandakan ia mengerti apa maksud Dayana, “Tapi Day, you really having feeling for him, or you just fallin for the idea of him?” kerutan tampak didahi kedua sepupunya, kalimat tanya dari Avanesh berhasil membuat keduanya bingung,
“Maksudnya?” Dayana menumpu kepalanya yang ia turunkan kemeja itu dengan lengannya,
“Ya lo beneran baper sama dia, atau cuman kaya baper karena sikap dia begitu sama lo. Paham gak?”
Dayana menganggukkan kepalanya dengan perlahan, raut wajahnya masih menampakkan tanda tanya besar, kala Avanesh ingin membuka suaranya lagi, Dayana langsung menanggapi pertanyaannya tadi, “Iya paham. Tapi sejujurnya juga gak tau, maksudnya gue gak tau apakah ini beneran baper atau hanya gue suka sama sikap dia ke gue,”
Ailesh berdecak, menatap kearah Dayana, dan mengelus pelan surai kecoklatan seorang Dayana, “Lo gak paham sekarang karena lo gak ada pembanding untuk semua ini, jadi lo gak bisa tau itu apa.”
“Loh mas Beno?”
Dayana menepuk pelan bahu Avanesh disampingnya, “NGACO! mas Beno cinta mati sama kak Kiara tau! Gausah ngasal.”
“Ya tapi kan siapa tau, dia lelah dihubungan friendzonenya terus lari ke lo.”
ucapan Avanesh mampu membuat Dayana tertawa singkat seraya menggelengkan kepalanya, seakan ia benar-benar menepis seluruh penuturan seorang Avanesh.
Ketika kedua saudara sepupunya itu sibuk dengan obrolan tentang permainan yang mereka sedang mainkan, Dayana tenggelam dengan pikirannya. Umurnya telah menginjak 21 tahun, diantara Ailesh, Avanesh, dan kedua sahabatnya Deva dan Clara, ia memang lah satu-satunya yang belum sama sekali mengenal apa itu arti suka dengan lawan jenis, bahkan kedua sahabat SMAnya yang dahulu, Kayana dan Fabian, yang sekarang entah bagaimana kabarnya. Dayana menghela napasnya lagi.
Iya, bener kata Anesh, gue gak tau ini gue beneran suka, atau hanya terbuai sama perilaku dia. batinnya memonolog.