it's Aidan time #2.
Aidan Zavier Kentara seumur hidupnya tidak merasakan gugup teramat sangat sampai telapak tangannya terasa dingin dan pelipisnya yang mengeluarkan keringat padahal ruangan yang sekarang ia tempati sangat sejuk itu, dirinya telah memaparkan seluruh rencana perusahaannya kedepan, segala aspek telah dia jelaskan, bahkan rencana perusahaannya pada 5 tahun pertama mereka telah ia buat, dan target-target klien yang akan dia rangkul bahkan telah ia pikirkan, dan saat ini matanya menelisik bergantian kearah ke empat orang didepannya, dan dua lainnya pada layar besar di sampingnya, Ramadella Ananta Kentara, sesekali mengerutkan dahinya seperti berpikir, melihat beberapa kali proposal yang telah dicetak jelas oleh Aidan tadi, sedangkan Kayvan Tian Kentara sudah mulai menggelengkan kepalanya ntah apa yang dipikirannya, dan kedua orang lagi yang berada didalam ruangan itu bak seorang penguji sidang akhir, Davendra Argha Kentara dan Andara Putra Julian terlihat sedikit lebih santai karena mereka hanya akan mengikuti keduanya yang lain, sedangkan dilayar lebar didepannya menampakkan kedua orang yang telah siap mengajukan beberapa pertanyaan, Satria Djuandra Gemintang, seorang pebisnis handal pada segala bidang, tetapi bidang properti adalah ranah jagoannya, sedangkan satu orang lagi yang saat ini seperti sedang berbicara kepada seseorang ditempatnya yang jauh itu, Bagaskara Adriel Yuleos, bisnisnya sebelas duabelas dengan Kayvan Tian, hanya bedanya ia juga seorang pebisnis handal pada bidang makanan dan minuman itu,
Ramadella berdeham sebentar mengajukan beberapa pertanyaan demi pertanyaan yang membuat Aidan beberapa kali harus berpikir keras, ditambah seorang Satira dan juga Bagaskara yang juga tidak mau kalah dalam mengajukan pertanyaan-pertanyaan kepada Aidan. Menit demi menit, berganti jam, perdebatan akan jawaban Aidan dan saling tanyapun terjadi diantara ketiga sahabat yang telah lama bersama itu, sedangkan sisanya hanya menonton saja, dan akhirnya semua jawaban dan perdebatan yang Aidan berikan kepada ketiganya berlabuh pada titik temu, dan langsung membuat Aidan menghela napasnya pelan.
Ketika Aidan mulai merasakan bebannya terangkat perlahan, tiba saat itu seorang Kayvan yang sedari tadi hanya menimpali sarannya seperti Putra dan juga Davendra, akhirnya mengangkat lengan sebelah kanannya, “Sekarang giliran saya bertanya kepada anda kan?” tutur kata seorang Kayvan tak kalah baku seperti Ramadella, Satria dan Bagas tadi ketika mengajukkan pertanyaan dan perdebatan, malam ini memang mereka semua memposisikan sesuai dengan apa yang seharusnya.
Aidan menganggukkan kepalanya, meremas sedikit bahan celananya yang saat ini ia gunakan -tentunya hal itu hanya diketahui oleh Aidan saja- dan memfokuskan dirinya pada apapun yang keluar dari mulut seorang Kayvan, “Bisa tolong perkenalkan rekan kamu lagi? along with their last name” Aidan mengangguk, sejujurnya ia sengaja tadi ketika menjelaskan semua isi dalam proposalnya tidak terlalu mengenalkan nama belakang atau bisa dibilang latar belakang keluarga dari partnernya itu.
“Arditto Roshi Adrian, anak kedua dari pasangan Adrian Tanusutedja dan Vina Kameswari, well yang semua khalayak tau Adrian Tanusutedja pemilik beberapa mal dikota besar seperti Surabaya, Bandung dan Bali, sedangkan Vina Kameswari, dikenal sebagai kolektor tas branded dan berlian, sosialita ibu kota. Lalu, ada Fabian Arka Zivonka, anak terakhir dari pasangan Xavier Zivonka, dan Bella Andita, keluarganya berbisnis disegala bidang, dan salah satunya perhiasan.”
“Bella Andita? pemilik Zi-Vo Jewelry?” pertanyaan dari Davendra dibalas dengan anggukan oleh Aidan yang langsung dibalas anggukan mengerti dari seorang Davendra.
“Your CMO? Gak ada? atau gimana?” Ramadella bertanya dengan wajahnya yang terbilang tegas, kalau soal bisnis, sosok yang akan ditemui adalah sosok Ramadella Kentara, bukan Ramadella seperti biasanya, pertanyaan Ramadella hanya dibalas anggukan ragu oleh Aidan, karena sebenarnya Aidan sendiri bertanya pada dirinya butuh kah ia seorang CMO, “Arvel Julian Kentara.” seseorang yang memang sedari tadi berada diruangan itu beserta dengan kembaran dan kedua masnya langsung menegakkan dirinya, dan menatap ke arah manik mata seorang Ramadella,
“Kenapa mas?” Arvel dengan wajah bertanya dan tatapan bertanya itupun segera membuat Kegan terkekeh sebentar, karena Kegan tau bahwa adik laki-lakinya tidak terlalu memperhatikan sedari tadi.
“Jadi CMO di Aidan's company, ok?” Arvel yang mendengar hal tersebut langsung menatap kearah manik mata saudara laki-lakinya yang masih ada didepannya dengan tatapan bertanya atau seakan meminta persetujuan kepada Aidan Zavier, orang pada malam ini menjadi pemeran utama, Aidan yang merasa hal ini cukup bagus bagi dirinya, segera menganggukkan kepalanya, ia mengangguk bukan semata takut dengan Ramadella, tapi ia tau bahwa saudaranya itu bisa, dan seorang Ramadella tidak pernah asal dalam berkata.
Arvel langsung menghela napasnya, dan berpikir sejenak, ia telah diberikan anggukkan oleh kembarannya, kedua mas tertuanya, dan seorang Byantara dan juga Kegan, tentunya, “Saya harus urus cafe dulu. Kalau cafe sudah auto pilot, saya bisa bergabung.” dan akhirnya perusahaan yang akan Aidan buat nanti, dicampuri dengan tangan sosok paling dekatnya itu.
Kayvan berdeham cukup keras, membuat euforia yang ada pada ruangan itu seketika kembali tegang, Satria, Bagas dan Putra telah berpamitan terlebih dahulu karena telah merasa tugasnya disana selesai. Kayvan menatap kearah Aidan, “Botulinum gimana jadinya? kamu gak bisa dong cabut tanpa tanggung jawab.”
“Saya yang bakal ambil alih, mas. Semua kasus yang Aidan ambil diBotulinum, dialihkan ke saya.” suara Kegan keluar dengan tegas dan amat lancar, tapi itu membuat seorang Kayvan cukup sedikit kesal.
“Kamu gak perlu ngorbanin pekerjaan kecintaan mu, Kegan. Urusi saja balap mu.”
“Saya sudah resmi pensiun mas dari Motogp.”
“KEGAN!” itu suara Byantara yang tak sadar akan mengeluarkan suaranya yang meninggi, “Lo bilang itu belum final decision lo?!” ucap Byantara kesal karena setaunya terakhir Kegan masih ragu akan hal tersebut.
Kegan menyisir rambutnya kebelakang, lalu mengusap wajahnya, ia mengetikkan beberapa hal pada telepon genggamnya, lalu mengangkat telepon genggamnya mendekat kearah telinganya. “Yes, Mr. Bardolf, you can announce my retired now. I'm sorry, Mr. Bardolf, And thank you for all of the memories back then. Yes, yes of course, anytime, Mr. Bardolf. Yeah, you too, have a good day.” dan Keganpun kembali menatap semua wajah sepupunya, “It's final. Beritanya udah mulai dikeluarin. 10 tahun sudah cukup bagi saya untuk mangkir dari kewajiban saya untuk berperan sebagai mas yang akan selalu ada untuk menjadi pengganti dari adiknya jika adiknya itu tidak bisa kan?”
Kayvan yang hendak mengeluarkan ucapannya lagi, langsung ditahan pundaknya oleh Davendra, yang langsung menatapnya serta menganggukkan kepalanya, “You should accept that decision, Kayvan.” dan malam itu semua keputusan Aidan untuk dirinya sendiri, semua keputusan Kegan untuk dirinya kedepan, dan semua yang Kayvan rencanakan untuk para adiknya itu, harus ia rombak kembali, guna mengadaptasikan dengan keadaan para adiknya saat ini.