first chapt.- —
Dayana terus berusaha mengalihkan pandangannya kearah lain yang bertolak belakang dari seorang pria dengan topi hitam dan jaket kulit hitamnya yang sesekali mencuri pandang kepadanya, “Woy! Aernya ngucur mulu itu, lo kenapa sih? Kaya gak nyaman gitu?” ucap Gio saat ia menghampiri Dayana yang sedang membersihkan gelas pribadinya untuk minum selama di Cafe,
Dayana menengokkan kepalanya ke arah yang sedari tadi ia hindari, “Gue gak nyaman sumpah mas, dari tadi itu orang ngeliatin gue mulu,” Dayana mengucapkannya dengan sedikit lesu,
“The one with black cap and wearing the black leather jacket kan? Dari pas mesen dimeja kasir dia juga ngeliatin lo terus. Yaudah santai, gausah diladenin, ada gue ini,” ujar Gio dengan nadanya yang sengaja dibuat sombong dengan sambil membusungkan dadanya, yang langsung dipukul pelan oleh Dayana, “Sakit anjir Day, bener-bener lu ye,” ucap Gio lagi seraya berlalu kearah tempatnya tadi,
Dayanapun segera melanjutkan pekerjaannya, seraya mencoba menghilangkan pikiran jeleknya tentang pria yang sedari tadi memperhatikannya.
“ALESH PULANGG!!” teriak Ailesh ketika kakinya sudah menginjak pelataran ruang tamu rumah besar keluarganya ini, “Loh kok mas Affan udah pulang? Sendiri? Mas Deonya mana?” tanya Ailesh ketika melihat Affandra sedang duduk dimeja makan dengan buku novel “Dunia Sophie” yang baru ia temukan ditumpukkan buku novel milik mendiang Eyang Putri mereka,
Affandra tidak memalingkan matanya dari buku novelnya, hanya menunjukkan bagian lantai atas rumah mereka dengan telunjukknya,
“Beneran disidang dia mas sama mas Rama?” suara Avanesh yang kini bertanya kepada Affandra seraya membuka dasi sekolahnya, Affandra hanya mengedikkan bahunya
“Aww!!” Ailesh mengaduh seraya mengusap tangan kanannya yang hendak mengambil pisang goreng yang berada didepan Affandra, “Cuci tangan dulu, lagian kebiasaan deh, yang ada tuh bersih-bersih dulu baru ke meja makan, bisa kan?” ucap Affandra dengan tatapan tajamnya kearah Ailesh, yang sukses membuat Ailesh mencebikkan bibirnya tanda tak sukanya,
“Ada apa sih ribut mulu?” suara bariton laki-laki dari arah pintu masuk sukses membuat ketiganya mengalihkan pandangannya,
“LAH?! Mas Byan? Beneran balik lu?” tanya Affandra dengan wajah terkejutnya
“Alesh kira bercanda,” Alesh mengucapkannya seraya mengambil tasnya yang berada disofa ruang keluarga,
“Sama kirain Anesh juga bercanda mas,” ucap Anesh sebelum berlalu menaiki tangga kearah kamarnya,
Byantara menggelengkan kepalanya, seraya mengusap puncak kepala Ailesh lalu melakukan hal yang sama kepada Affandra dan menaruh 3 tas kain berwarna coklat diatas meja makan, “Tolong kasih ini kebawah ya Fan,” ucap Byantara seraya memberikan satu kain berwarna coklat, yang langsung dibalas anggukan oleh Affandra,
“Buruan bersih-bersih keburu greentea latte Alesh diambil sama yang lain,” ucapan Byantara sukses membuat Ailesh langsung bergerak kearah kamarnya,
“Yuhuu!! Ayii pulang~ lah mas Byan udah sampe aja?” ucap Aidan seraya mendudukan dirinya diatas sofa ruang keluarga itu,
“WIDIIII STARBUCKK!!! Cakep bener dah mas yang satu ini,” Arvel langsung menghampiri Byantara yang sedang memakan red velvetnya diatas meja makan,
“Arvel bersih bersih dulu, kebiasaan banget sih lu,” suara dari kembarannya yang sudah berada dilantai atas sukses membuat Arvel menghentikan gerakannya,
“Iye iye ini jalan nih kekamar,” Arvel langsung menggeretkan kakinya dengan berat hati, “CARAMELL MACHIATO DUA PUNYA ARVEL SAMA CIA YA!!”
Suara teriakan Arvel sukses membuat Rama yang baru keluar dari ruang kerjanya bersama Deo mengglengkan kepalanya, “Jangan diulangi. Inget. Gak ada mobil buat 2 minggu ini, sebelum jam 6 sudah harus dirumah,” ucapan tegas Rama hanya dibalas anggukan oleh Deo,
“Loh Dav? Kok lo pulang??” tanya Rama dengan heran,
Daven menatap tajam kearah Rama, “Gue ga pulang salah, gue pulang salah, aneh ini keluarga,” ucapnya sambil menyeruput Americanonya,
“Tuh pesenan lo semua ada disitu,” ucap Daven menunjuk beberapa papper bag dengan logo brand ternama berada diatasnya,
“ASIK!! Sepatu gue yuhuu,” ucap Deo kembali riang setelah tadi mukanya sempat muram karena sehabis diberi wejangan oleh Rama,
Rama yang melihat itu hanya menggelengkan kepalanya, ia mengambil minumannya yang memang ia pesan kepada Byantara tadi,
“Lah mas Daven kok pulang,”
Dan ucapan Daven tadi yang ia tujukan kepada Rama kembali ia ucapkan lagi kepada kedua adik kembarnya yang sedang menuruni tangga dengan piyama satin mereka.