fifth chapt.
Perempuan bersurai kecoklatan itu menghela napasnya lagi sebelum ia taruh handphonenya dengan layarnya yang ia sengaja hadapkan pada permukaan meja didepannya, dan setelahnya ia sesap lagi cairan merah yang memang sedari tadi ia nikmati.
“Di chat ya?” Suara bariton dari salah satu laki-laki didepannya membuatnya menganggukkan kepalanya dengan malas, “They just worry about you Day, kita-no– lebih ke lo tepatnya, jarang banget kan minum kaya gini, sekalipun minum itu kalau lo udah stress banget, terus juga itu terakhir kapan ya?” ucapannya laki-laki didepannya menggantung seraya mengalihkan pandangannya kesamping kanannya, tempat laki-laki lain yang memiliki prawakan yang hampir mirip dengannya,
“Ya terakhir waktu dia mau bikin series baru itu.”
“Ah iya, lo udah mulai mau casting lagi ya?”
Perempuan bernetra hitam itu menganggukkan kepalanya seraya menghembuskan lagi dan lagi napasnya dengan perlahan, “Stress banget sumpah,” Dayana menyesap wine yang sudah dituangkan oleh saudaranya itu, Avanesh, yang memang memilih untuk tetap sadar diantara ketiganya, “Tapi gak tau kenapa, paham gak sih? Kaya I feel like there's to many preasure that hit me, tapi sebenernya mah ya biasa aja, maksudnya kaya gue udah sering ngelakuin ini, since we're totally graduate, 3 tahun lalu, udah banyak banget project yang gue buat, tapi kaya I don't know.”
Ailesh Reka dan Avanesh Reka yang memang sedari tadi menemani perempuan yang saat ini masih setia memandang kearah gelasnya seraya mengeluarkan semua isi kepalanya, keduanya mengangguk tanda mereka memahami dan mendengarkan juga,
“Paham paham, lo tuh terlalu khawatir soalnya series yang sekarang tuh lagi diperhatiin banget sama para citizen Day, makanya lo tuh kaya takut bikin mereka gak puas.”
“Makanya sekarang lo anxious gini, padahal mah ya belum tentu juga ketakutan lo kejadian,”
Ucap keduanya secara bergantian, membuat Dayana lagi-lagi menyesap minuman berwarna merahnya itu, “Tapi gimana kalo gue ngecewain para mas?”
Avanesh berdecak tidak suka dengan pertanyaan yang dilontarkan oleh Dayana itu, “Lo taun lalu juga bilang gitu, waktu mau shooting awal series lo, dan ini udah tahun ketiga lo ngegarap project series Day, dan berarti udah beberapa kali lo ngomong gini, tapi hasilnya?” Laki-laki itu sengaja menggantungkan kalimatnya tanda ingin saudara perempuannya itu menjawab ucapannya tadi dengan sendirinya.
“Hasilnya? BOOM meledak semua series yang lo garap, jangan lupa juga sama beberapa short movie yang para castnya lo yang milih,” Ailesh mengucapkannya dengan matanya yang telah sayu tanda ia sudah mencapai puncak batasnya, Ailesh Reka menangkup kedua pipi Dayana yang berada didepannya itu, “Hehehe lo itu hebat, gue aja salut sama lo,” dan setelahnya kepalanya jatuh kepermukaan meja yang untungnya kosong itu,
Avanesh yang melihatnya hanya memutarkan kedua bola matanya itu, “Just it?” ucap Avanesh menatap kearah Dayana yang masih tampak sibuk dengan pikirannya seraya meneguk bulir bulir cairan berwarna merah itu,
Dayana menaikkan kedua bahunya, “Masih banyak, tapi gak tau isinya apa aja,” ucapnya dengan asal membuat laki-laki didepannya yang sedari tadi memperhatikannya hanya tersenyum miring seraya menggelengkan kepalanya.
“1-10?” Tanya Avanesh yang bermaksud menanyakan seberapa tidak sadarnya saudara perempuannya itu, karena pasalnya perempuan didepannya ini dan saudara kembarnya, Ailesh, sudah menghabiskan 4 botoh untuk hanya untuk mereka bertiga -walaupun dirinya mungkin hanya 3 sampai 4 gelas saja-,
“Masih 6,” ucap Dayana menjawab pertanyaan singkat dari Avanesh,
“Mau lanjut lagi apa udahan? Ini bocah udah teler soalnya,” Avanesh mengucapkannya seraya menunjuk kearah Ailesh, saudara kembarnya yang memang toleransi dengan kadar alkoholnya itu cukup rendah dibanding keduanya,
“Lanjut dikamar aja,”
“Ke hotel aja ya, lo udah 6, dan gue udah di 3 kayanya, gak bisa nyetir jauh,” “Hotel atau apart?”
“Hotel aja,” “Oh iya, udah dibayar sama mas Ayi katanya,”
Avanesh langsung menganggukkan kepalanya dan sedikit memeluk dan membawa kembarannya itu pergi dari sana.