fifth chapt. — Wendy seketika menghentikan kegiatannya yang sedang menyiapkan makan siang itu, ketika smartphone miliknya berbunyi, dilihatnya langsung notifikasi yang masuk, seraya menghembuskan napasnya perlahan.

Setelah saling membalas pesan dengan suaminya itu, pikirannya mulai melayang ke beberapa tahun lalu, ketika semua masih baik baik saja, lalu dilihatnya jam yang masih menunjukkan pukul 12.30 siang.

“Masih ada 30 menit lagi,” gumamnya seraya melepas kain apron cokelat yang melingkar ditubuhnya, ia berlalu kedalam kamarnya setelah meletakkan kain apron cokelat itu ketempat semulanya.

Wendy diam beberapa saat, menimbang ulang apakah memang harus dilihatnya lagi semua kenangan itu seraya menimbang juga apakah dia akan membicarakannya saat ini juga atau tidak.

Helaan napas keluar lagi untuk kesekian kalinya, diambilnya buku kenangan yang memang sudah tertutup lama dilemari buku koleksi miliknya dan suaminya itu,

Sejak masa sekolah dulu hingga masa perkuliahannya memang Wendy sudah sangat terbiasa dan senang mengabadikan semua moment indahnya disebuah buku yang ia sebut wendy's treasure, termasuk satu moment yang saat ini sedang dilihatnya sekarang,

“Kalian apa kabar disana?” Wendy terkekeh sebentar ketika melihat potret tiga orang wanita didepannya yang salah satunya adalah dirinya sendiri, “Pasti lagi ngegosipin gue ya disana? Haha kalian tega banget ninggalin gue disini sendirian,” Wendy menjeda kalimatnya, seraya mendongakkan kepalanya menatap langit kamarnya, menahan buliran air mata yang telah terkumpul dipelupuk matanya.

Ia menghela napasnya lagi, “Gue harus gimana sekarang? Kenapa sih beban yang lo pada tinggalin susah banget, lebih susah kaya ujian statistik dulu pas kuliah tau gak sih,” ucapannya sedikit terbata sebab beberapa bulir air yang sedari tadi ditahannya sudah mulai keluar membasahi pipinya,

“Gue bakal nyelesaiin ini semua ya, segera,”

“Nyelesaiin apa mih?” Wendy langsung terkejut mendengar suara dari belakangnya dan langsung terburu menghapus bekasi air mata yang sudah terlanjur jatuh ke pipinya, “Nyelesaiin apa mamih cantik? Eh ini bunda May kan ya?” tanya Kanaya semakin penasaran seraya ikut duduk dikarpet yang berada dilantai kamar tidur orang tuanya itu,

“Ini siapa mih?” ucap Kanaya seraya menunjuk satu sosok wanita yang berada diantara Wendy dan Mayang,

Wendy menimbang pikirannya lagi tadi, apakah ia akan menyampaikannya atau tidak, tetapi kalau bukan sekarang kapan lagi ia akan mengungkapkannya?

Wendy menghela napasnya, “Dia sahabatnya mamah sama bunda May, Kay. Namanya tante Iren, dia...” ucapan Wendy terjeda seraya ia bepikir ulang apakah ia harus mengatakannya pada putrinya itu atau tidak.

Kanaya tau ini berat untuk ibunya, yang ia tau bahwa sang ibu memang mempunyai 2 sahabat setia sedari ibunya ini dimasa kecilnya, begitupun juga ayahnya, dan yang ia ingat salah satu sahabat ayah dan ibunya itu adalah bunda Mayang dan almarhum suaminya, “Mamih kalo ceritanya berat gausah mih, gapapa kok,” ucapnya seraya mengusap punggung ibunya itu, serta memeluk tubuh ibunya dari samping,

“Kayana, mamih mau cerita dan minta tolong sesuatu sama kamu, mau kan?” ucap Wendy seraya melihat kearah mata putrinya dan membelai lembut surai hitam milik putrinya,

“Apa mih?” ucap Kayana dengan mata berbinarnya, siap mendengar cerita sang ibu didepannya,

Akhirnya, akhirnya cerita pilu yang selama ini dipendam dan dirahasiakan oleh Wendy serta Vian kepada putrinya dan sahabat satu-satunya itu tertumpahkan semua, semua tanpa terkecuali.

Wendy bercerita dengan suara perlahan seraya menahan isaknya, setelah ceritanya selesai semua pilunya tumpah, isakan tangisnya semakin kencang

Kayana masih terdiam, masih memproses semua cerita pilu dari ibunya, bagaimana bisa selama 15 tahun ini ibunya menyembunyikan semua rahasia besar seperti yang baru saja terungkapkan?

Direngkuhnya tubuh ibunya yang semakin bergetar, didekapnya erat tubuh ibunya, “Mamih, I'm here. You have me mih, aku bantuin pelan-pelan ya mih,” ucap Kayana seraya mengeratkan dekapannya dan mengelus lembut punggung ibunya itu.

Selesai, selesai sudah semua cerita pilu yang dipendam oleh Wendy, dan cepat atau lambat semua cerita pilu itu akan ia ceritakan oleh si pemeran utamanya, yaitu Dayana, Alsava Dayana Kentara.


[chat wendy – vian]

[wendy's treasure]