dekap.

Setelah memasukkan kode kombinasi yang sudah dihapalnya diluar kepala, Zhao langsung memasukki apartement tersebut, bau khas maskulin dari pemiliknya langsung tercium pada indra penciumannya, dilihatnya ruangan yang terdapat sofa berwarna hitam beserta tv dan beberapa console games yang masih belum tertata rapih didepannya, ia menaruh tas kain yang dibawanya, yang didalamnya berisi makan siang untuk sang pemilik apartement tersebut,

Beberapa kali Zhao telah mengetuk pintu coklat tua didepannya tetapi tidak ada sautan suara apapun dari dalam, “Dev?” Zhao menelusukkan kepalanya sedikit kedalam ruangan tersebut seraya melihat sekeliling ruangan didalamnya, ia melihat gorden putih tipis yang menutupi pintu balkon berkibar-kibar karena angin yang meniupnya menandakan pintu yang ditutupinya sedang terbuka,

“Dev?” ucapnya lagi ketika Zhao berhasil menemukan orang yang memang ia cari sedari tadi,

“Haiii,” sapa Zhao lagi dengan suara lembutnya seraya mengusap punggung laki-laki yang sedang terduduk membelakanginya,

Dia melukis lagi batin Zhao saat ia melihat beberapa cat lukis yang telah terpakai dan kanvas putih yang telah terhias beberapa warna indah,

Devano sedikit terkejut ketika merasakan usapan lembut dipunggungnya, ia langsung menampilkan senyumnya dengan lembut ketika ia melihat wajah orang yang memang ditunggunya sedari tadi, “Udah dari tadi ya?” pertanyaan Devano langsung dibalas anggukkan kepala oleh Zhao,

“Kamu pasti belum makan ya” ucap Zhao langsung menebaknya, pasalnya ia sudah terlalu hapal dengan kebiasaan kekasihnya ini, jika sedang banyak pikiran seperti sekarang ini, pasti kekasihnya ini akan melukis hingga tidak mempedulikan hal lain, “Kita makan dulu yuk, aku udah bawain sup sapo tahu buatan mas Arkan hehe,” Zhao terkekeh sehingga membuat Devanopun ikut tersenyum lalu mengikuti langkah Zhao masuk kedalam apartementnya seraya membawa alat lukisnya juga,

Selesai membereskan bekas makanannya dengan Devano tadi, Zhao langsung melirik jam tangannya yang masih menunjukkan jam 2 siang, ia lalu langsung bergabung dengan kekasihnya yang masih meneruskan lukisannya ditemani oleh suara sezairi melantunkan lagu it's you miliknya,

Zhao menghampiri Devano, mengambil alih tangan Devano yang sedang memegang kuasnya dan menaruh kuas lukisnya itu, menarik Devano untuk berdiri, setelah dirasa lagu akan sampai pada reffnya, ia membawa tubuh lelaki itu mengikuti alunan lagu,

Devano menatap kearah mata hazel milik Zhao dengan dalam, ia sangat tau apa yang ingin dilakukan gadisnya ini, setelah dirasa suara sezairi melantunkan reff lagunya, ia memangkas jaraknya dengan gadisnya itu, merangkul pinggang gadisnya dengan erat, menelusupkan kepalanya kelengkungan leher milik Zhao, menghirup dengan dalam wangi floral bercampur woody dan musk yang menempel ditubuh yang sedang didekapnya,

So take my hands up, seen me 'Cause you've made me Into this man I promise I'll treasure you girl You're all that I've needed Completing my world

Wajahnya semakin tenggelam kedalam dekapan lengkungan leher milik gadisnya itu, seraya semakin mengeratkan pelukan kedua tangannya yang berada dipinggang gadisnya,

You, you're my love, my life, my beginning And I'm just so stumped I got you Girl, you are the piece of me missing Remember it now

Devano menggumamkan lirik yang mengalun memenuhi seisi ruangan dengan kepalanya yang masih berada diposisinya yang berada diceruk leher milik Zhao, ia mencium pundak Zhao, menengadahkan kepalanya, lalu menangkup kepala gadis dihadapannya itu dengan kedua tangannya, kembali menatap mata hazel milik sang gadis dengan dalam,

All the times I've been alone, shown me the way Let me hear, let me hold mine

Devano ikut melantunkan lirik yang terdengar, seraya masih menatap kedua mata hazel dihadapannya dengan semakin dalam,

Through that door straight to you You're my love, my life, my beginning It's you

Ia tersenyum dengan lembut, lalu mencium pucuk kepala Zhao, dan kembali mendekap hangat tubuh milik gadisnya itu, lalu kembali menenggelamkan kepalanya kedalam ceruk leher sang gadis, seraya masih menggerakkan tubuhnya mengikuti alunan lagu yang masih menemani keduanya,

Zhao merasakan dekapan Devano semakin erat, dan lelaki yang mendekapnya ini semakin tenggelam disisi cerukan lehernya, dan semakin lama ia merasakan lehernya terasa basah oleh air, dan ia sangat paham, jika kekasihnya itu sedang menangis didalam dekapannya, dan didukung pula dengan punggungnya yang semakin naik turun, diusapnya dengan lembut punggung kekasihnya seraya ikut mencium pundak kekasihnya, menyalurkan rasa tenang dan sayangnya kepada lelaki itu.

Seperkian menit keduanya masih mendekap satu sama lain, hingga Devano sudah merasa sedikit tenang, ia lalu menengadahkan kepalanya, menatap lekat kearah kedua mata Zhao seraya senyumnya yang perlahan mengembang dengan lembut, “How can I desserve your beautiful soul, Wo?” ucap Devano dengan lembut dan diakhiri dengan kekehannya, yang membuat Zhao ikut terkekeh pula,

It's because you're the beautiful one too?” ucapan Zhao itupun sukses membuat mereka tertawa seraya Devano kembali mendekap hangat gadisnya itu dengan erat,

tiba-tiba dering handphone milik Devano terdengar mengintrupsi kehangatan mereka,

“Apa sih, Pe?” Devano langsung menjawab telfon yang baru saja masuk tadi setelah melihat siapa yang menelfonnya,

“Hah?” ucapnya dengan nada terkejut lalu langsung mengangkat pergelangan tangan kiri milik Zhao yang terdapat jam tangan hitam pemberiannya itu, “Hahaha iyaiya ini gue otw elah, iye sama Awo nying, pada mau nitip apa?”

Devano masih mendengarkan ucapan Harvey disebrang telfon, dengan tangan kanannya yang masih setia mendekap pinggang Zhao dengan erat seraya sesekali ia menengokkan kepalanya kearah Zhao dan tersenyum,

Setelah telfonnya ditutup oleh Harvey iapun langsung mengecup pucuk kepala Zhao, “Kuy gak? kuy lah, masa enggak haha,” ucap Devano membuat ia dan Zhao tertawa dan bersiap pergi.