decided, dive into you.
-
Alvaro memakai masker dan beanienya guna menyamarkan penampilannya dari para media yang telah menunggunya diluar pintu bandara itu, “Shit mereka ngapain disini sih Do?” umpat kesal Alvaro sedikit berbisik kepada Dovi manager sekaligus sahabatnya itu, yang hanya menjawab pertanyaannya dengan mengangkat kedua bahunya,
Alvaro Gerald Adjie atau yang biasanya hanya disapa Varo saja oleh beberapa orang terdekatnya ini adalah seorang model sekaligus enterpreneur muda yang banyak digandrungi oleh masyarakat itu, bagaimana tidak, perawakannya yang memiliki tinggi 180cm ini dilengkapi dengan badan yang tegap dan atletis dihiasi beberapa bagian otot dilengannya dan tubuh yang tercetak keenam kotak diperutnya itu serta wajah yang sangat rupawan hasil darah blasteran orang tuanya ini, berhasil membuatnya meraih ketenaran dalam sekejap ketika mengawali karirnya menjadi model saat itu, sikapnya yang terlihat dingin dan susah tersentuh itu menjadi nilai tambah seorang Varo dimata para wanita pemujanya,
“Lo langsung ke apart nih?” ucap Dovi menengok kearah Varo disampingnya yang sedang sibuk mengirimkan pesan kepada seseorang itu,
Alvaro menganggukan kepalanya, “2 hari kedepan gue free kan?” ucapnya memastikan kepada managernya itu,
Dovi berdecih kearah Varo, “Cih, mau kangen-kangenan lo ya?” ucap Dovi yang langsung dibalas cengiran oleh Varo, “Kasih kepastian Varo, jangan celap celup doang kerjaan lo, ye gak Jun?” ucap Dovi seraya bertanya oleh Juna asistennya yang memang sudah ikut sejak awal oleh Dovi dan Varo, Juna yang ditanya seperti itu hanya mengangguk saja karena takut jika ia ikut campur,
-
Varo turun dari mobil yang membawanya dari bandara ke apartementnya itu, “Gue serius Var sama omongan gue yang masalah kepastian, it's been a year, isn't it? kalo lo terusan gak jelas gini, yakin deh gue si Areyta dipincut orang loh, emang lo mau?” ucapan Dovi terus terngiang dikepalanya kala ia berlalu menuju unit apartementnya, pasalnya ia sedikit takut akan kejadian jika Areyta, tetangga yang bisa dibilang with benefit itu pergi meninggalkannya apalagi jika harus dengan lelaki lain, ia tidak ingin membayangkannya, tapi kepastian? Memikirkan tentang cinta, kasih sayang atau apalah itu saja tidak pernah terbayang olehnya lagi, seakan dirinya mati didalam sana.
Varo tersadar dari lamunannya kala bunyi lift yang terbuka masuk kedalam indera pendengarannya, ia langsung berjalan menuju unit apartementnya, menekan beberapa angka, dan langsung memasuki apartementnya itu,
Varo mengedarkan pandangannya mencari wanita yang seharusnya sudah berada diapartementnya itu, pandangannya langsung terpaku pada pintu kaca yang terbuka yang membatasi antara area ruang tengah apartementnya dengan teras balkonnya itu, iapun langsung berjalan kearah balkon, lalu dilihatnya seorang wanita berbalut gaun tidur putihnya dilengkapi dengan outer rajut abu-abu miliknya itu,
Areyta atau biasa dipanggil oleh Varo menjadi Rey ini terkejut kala sepasang tangan melingkari pinggangnya dengan posesif seraya kecupan hangat dilehernya semakin terasa,
“I'm home babe,” ucap suara bariton Varo, didepan ceruk leher Rey itu, “It's cold outside babe, kedalem aja yu,” ucap Varo lagi seraya masih terus mempererat dekapannya dipinggang Rey agar wanitanya ini tidak merasakan dinginnya malam kota bandung saat ini,
Rey membalikan tubuhnya menghadap kearah Varo mengalungkan kedua tangannya diantara leher lelaki itu, dilihatnya Varo yang masih dengan baju hitam yang dilapisi jaket kulit hitamnya serta celana jeans sedikit robek diarea lutut yang menjadi andalannya itu, dan tentunya beanie hitam serta kacamata berbingkai transparan persis seperti penampilannya difoto yang tadi Rey lihat diakun twitter fansnya Alvaro Gerald Adjie ini, “Cape ya?” Rey mengucapkannya seraya mendongakkan kepalanya dan membelai pipi dan rahang Varo yang berada sedikit diatas kepalanya,
Varo menggeleng lalu mengecup tangan yang sedari tadi memberikan kenyamanan dan suatu aliran lain padanya, dikecupnya singkat bibir manis wanita didepannya itu lalu tersenyum, membuat wanita itu ikut tersenyum juga,
Beberapa detik setelah menatap manik mata caramel wanitanya itu, Varo langsung melumat dengan lembut bibir manis yang selama beberapa hari ini ia rindukan, seraya mengeratkan kembali dekapan tangannya dipinggang wanitanya itu, lumatannya dibibir wanitanya kian menuntut dan dalam, seraya lidahnya yang kini telah bermain didalam rongga mulut wanitanya dan bermain degan lidah lainn didalam sana,
“Nghhh,” lenguhan terdengar diindera pendengeran Varo kala ia berhasil meremas kedua bongkahan yang berada dibawah pinggul wanitanya itu,
Kecupan bibir Varo semakin turun dan menjalar, kearea pipi lalu rahang dan terakhir mengabsen ceruk leher yang sedari tadi ia nikmati, lenguhan terdengar dari mulut Rey kala Varo menghisap area leher Rey yang berbatasan dengan tulang selangkanya dan membuatnya menjadi memerah disana,
Tangan kiri Varo berhasil masuk kebalik gaun tidur yang saat ini Rey pakai, membelai dengan lembut paha sebelah kiri wanitanya itu, lalu perlahan naik keatas mendekati area sensitif wanitanya yang masih terbalut kain penghalang yang wanitanya pakai itu, “You're already wet baby,” ucap Varo seraya mengelus bagian sensitif itu sambil matanya yang fokus menatap wajah Rey yang sedang mencetak jelas bahwa ia menikmati sentuhan Varo dibawah sana, “I want you to ride me, Rey,” suara bariton Varo serta hembusan nafas Varo didaerah telinganya membuat Rey semakin mabuk kepayang,
“Nghh Varhh,” lenguhan Rey terdengar kala ia juga merasakan jari tangan Varo sudah menyentuh area sensitifnya,
Kedua jari Varo berhasil ia masukkan kedalam lubang sensitif Rey, memberikan gerakan yang berhasil membuat Rey semakin meracau dengan gila, “Sst baby jangan keras-keras, kita masih dibalkon sayang,” ucap Varo ditelinga Rey lalu mengecup leher Rey lagi, seraya kedua jarinya yang masih bermain didalam lubang sensitif Rey dengan tempo yang ia sengaja pelankan,
“Nghh fasterhh Varo.... please-,” ucapan Rey terpotong oleh lumatan bibir Varo yang dibarengi oleh gerakan semakin cepat dari kedua jari Varo, yang membuat Rey semakin melenguh dan menekan kepala Varo semakin dekat agar pagutan mereka juga semakin dalam,
Bibir Varo digigit oleh Rey seraya kedua jarinya juga merasakan ada semburan cairan yang semakin membasahinya, “Kayanya bibir aku besok bakal bengkak sih ini,” ucap Varo kala pagutannya dengan Rey sudah ia lepas, Varo mengecup singkat bibir Rey lalu membawa tubuh wanita itu kedalam gendongannya dan membawanya keruang tengah apartementnya itu,
Varo menatap manik mata Rey yang sekarang telah berada dipangkuannya itu, membelai rambut sedikit kecoklatan Rey dan menyampirkan beberapa anak rambut ketelinga wanita itu, “Mau aku atau kamu?” Varo bertanya yang langsung membuat wanita didepannya itu tersipu dengan semburat merah muda dikedua pipinya,
“Can I ride you tonight?” Pertanyaan itu sontak langsung membuat Varo mencium dan melumat bibir manis Rey, yang langsung membuat Rey membalas ciuman itu semakin menuntut,
Dibukanya kaos hitam miliknya serta outer dan gaun tidur putih yang Rey pakai saat itu, ditatapnya tubuh milik Rey yang masih terbalut beberapa kain yang menghalangi kedua area sensitif wanita itu, Varo tidak ingin berlama, ia langsung membuka kaitan dari bra yang dipakai oleh Rey, dan langsung mencicipi kedua gundukan yang berada dibaliknya,
“Nghshh Varhh,” lenguh Rey seraya membantu Varo yang sedang membuka celana jeansnya itu dengan satu tangannya, sedangkan bibirnya dan satu tangannya itu masih sibuk mencicipi puncak sensitif milik Rey, dihisapnya puncak sensitif oleh mulutnya dengan kuat dan menuntut, sedangkan yang lainnya ia mainkan dengan gerakan memutar seraya sesekali memelilintirnya dengan kedua jari milik Varo,
“Nghh Varhh akuhh nghhh,” lenguhan panjang berhasil keluar lagi dari mulut Rey, membuat Varo menghentikan sebentar kegiatannya, ia menatap tubuh Rey yang hanya tertutupi bagian bawahnya saja, sedangkan bagian atas tubuhnya telah dihiasi oleh beberapa karya kemerahannya,
“You sure you wanna ride me?” tanya Varo meyakinkan wanitanya, yang langsung dibalas anggukan oleh wanitanya itu, dan seperdetik kemudian bibir wanitanya telah mengecup bagian leher Varo serta memberikan tanda kemerahannya juga disana,
“Nghh babyhh don't be so meanhh like this pleasee,” ucap Varo seraya melenguh karena pasalnya wanitanya ini mengecup lehernya seraya tubuh bagian bawahnya menggesek benda kebanggaannya itu, yang memang sudah sangat mendambakan pasangannya,
Varo menjauhkan bahu Rey membuat Rey menatapnya dengan tatapan bertanya, “I want you now Rey,” ucapnya seraya membuka kain penghalang yang masih tersisa ditubuh Rey yang langsung dan juga bergantian membuka sisa kain penghalang miliknya itu,
Rey mengarahkan milik Varo kearah lubang sensitifnya dengan perlahan, lalu langsung melenguh kala sedikit bagiannya telah masuk kedalam, lenguhan Varo juga terdengar memenuhi ruangan kala ia merasakan bagian miliknya dijepit erat didalam sana,
“Shitt Rey, whyy thiss still so thighh nghhh shit,” umpatnya semakin meracau kala bagian miliknya terasa susah menembus masuk,
“Arghh Varhh sakithh nghh- fuck!” umpatannya lolos dari mulutnya kala ia merasakan milik Varo berhasil masuk memenuhi rongga didalamnya,
“Just take it easy baby,” Varo mengucapkannya seraya membelai rambut Rey yang sudah mulai basah karena peluh keringat lalu mencium bahu wanitanya itu dengan lembut sedangkan pinggulnya telah bergerak pelan,
“Nghh,” lenguhan keluar dari mulut Rey kala pinggul Varo bergerak membuat dirinya juga ikut menggerakkan pinggulnya berlawanan arah dengan Varo, membuat gerakan itu semakin membuat Rey melenguh dan mencengkram kedua bahu milik Varo,
Varo tidak tinggal diam, ia kembali mencicipi lagi kedua puncak yang berada didepannya secara bergantian, sedangkan kedua tangannya sibuk membantu menggerakkan pinggul wanitanya itu,
Gerakan pinggul Rey semakin cepat dan tidak sabaran membuat milik Varo semakin masuk kedalam milik Rey semakin dalam, “Nghh Reyy shit yes baby,” ucapannya membuat Rey semakin mempercepat pergerakannya lagi,
Kedutan serta jepitan erat terasa didalam sana dibarengi dengan lenguhan panjang Rey untuk yang ketiga kalinya, menandakan wanita itu telah mencapai puncaknya lagi, Rey pun langsung mejatuhkan dirinya kearah depan, membuat Varo dengan sigap menahannya lalu membelai pelan dan lembut punggung Rey yang tidak tertutupi sehelai benangpun, Varo mengecup pundak Rey secara berulang, walaupun dirinya sangat amat ingin melanjutkannya lagi tetapi ia tidak bisa egois dan tega ketika melihat tubuh wanitanya itu lemas diatas pangkuannya,
“Pindah ke kamar aja babe,” ucap lemah Rey yang langsung dibalas kecupan singkat dibahunya oleh pria yang sedang memangkunya itu, dan ia langsung merasakan tubuhnya bergerak melayang,
Dibaringkannya tubuh Rey dengan pelan, dan langsung dirangkumnya tubuh mungil wanita itu oleh kedua lengan atletis milik Varo,
Varo melumat bibir Rey yang memang sudah berada dibawahnya, “You ready? Let's end this,” ucapan Varo langsung dibalas lenguhan oleh Rey seraya benda sensitifnya juga telah masuk kedalam lubang kenikmatannya itu,
Tempo pergerakan pinggul Varo ia jaga, sedikit pelan lalu dipercepat dan diperlambat kemudian, membuat Rey yang berada dibawahnya meraung tersiksa seraya mencengkram rambut hitam kecoklatan milik Varo,
“Varhh nghh fasterhh,” ucap Rey memohon kepada Varo membuat Varo terkekeh mendengarnya, setelah mengecup pundak wanitanya itu iapun menuruti permintaan wanitanya, ia percepat gerakan pinggulnya terus menerus membuat miliknya semakin masuk kedalam inti milik Rey,
“Nghh Rey kenapah masihh sempithh,” ucap Varo melenguh kala merasakan miliknya sangat dijepit ketat dibawah sana,
“Nghh Varoo its so deephh nghh-,” ucap Rey seraya melenguh semakin menjadi dan mencekram rambut Varo semakit kencang, Varo melumat lagi bibir manis Rey ketika ia merasa dibawahnya sudah mulai bekedut kembali,
“Mmphh nghh Varhh akuhh-”
“Nghh barenghh babyhh,” ucapan Varo yang langsung diakhir lenguhan panjang dari mulutnya dan dari mulut wanita dibawahnya itu,
Varo membiarkan miliknya masih berada didalam rongga inti Rey, ditatapnya mata caramel milik Rey, seketika ucapan Dovi langsung terdengar didalam kepala Varo membuat dirinya semakin merasa takut membayangkan ada yang menikmati Rey seperti dirinya saat ini,
Rey mengelus lembut kening lalu kerambut hitam kecoklatan Varo, lalu turun kerahang tegas milik prianya itu, ah apakah prianya? Pikirnya kembali, selama seminggu ini ia memang memikirkan hubungannya dengan pria yang masih setia berada diatasnya sambil menatap manik matanya ini,
“Var? Whats wron-mphh,” ucapan Rey langsung terpotong oleh bibir Varo yang telah mencicipi bibirnya lagi tetapi berbeda dari yang sebelumnya, pagutannya kini terasa lebih lembut, dan perlahan, tidak tergesa-gesa seperti sebelumnya,
“Areyta Purnama Tira,” Varo mengucapkannya dengan menatap manik caramel itu lagi, setelah dirinya berhasil berpindah kesamping tubuh Rey dan berhasil membungkus tubuh keduanya dengan selimut tebal abu-abu gelap miliknya itu dengan tangannya yang masih setia melingkar disekitar pinggang milik wanita dengan mata caramel dihadapannya, “You have to know that since the first time I dive deep into yours, its automatically make you completely to be mine, and its make me completely to be yours too Rey,”
Rey menutupi keterkejutannya dengan tersenyum menatap Varo yang sedang terlihat salah tingkah dan bingung, “Maksud kamu tuh apa sih Var?”
Varo menatap Rey kearah manik matanya lagi, “Aku gak mau ada orang lain yang nantinya akan menggantikan aku Rey, dan aku juga gamau orang lain selain kamu Areyta,”
Rey tersipu, dirinya cukup senang mendengar hal itu, hanya dirinya belum cukup puas jika pria didepannya belum memberitahunya apakah perasaannya sama dengan apa yang Rey rasakan sejak hubungan kedekatannya dengan Varo menginjak ketiga bulan,
“Varo?” Rey mengusapkan tangannya kearea pipi Varo dengan lembut membuat Varo sedikit tersentak dari lamunan yang sibuk berpikir itu,
Dikecupnya punggung tangan Rey, dikikisnya jarak antara tubuhnya dengan wanita didepannya itu, dilingkarkannya secara lebih erat dan posesif kedua lengannya itu diarea pinggul ramping milik wanitanya, ditatapnya lagi manik caramel milik wanita didepannya seraya meyakinkan pantulan matanya didalam manik caramel itu kalau ia siap dengan semua hal yang ia takuti didalam dirinya,
“Aku sayang banget sama kamu Rey, sayang banget, sampai rasanya aku gamau mikir hal-hal yang argh,” gerutunya ketika pikirannya membayangkan jika wanitanya meninggalkannya dengan pria lain, “Rey, please stay, I love you, I really love you so damn much, Areyta, please sama aku terus ya, jangan pergi Rey,” Varo menatap manik mata Rey dengan memelas menunggu dengan gusar karena wanitanya itu masih terdiam, seperdetik kemudian ia merasakan bibir wanita itu menempel dan mengecup pelan bibir miliknya,
“Sesusah itu kah?” Rey memandang Varo yang masih sedikit terkejut, “Aku gak akan kemana-mana Alvaro Gerald Adjie, I'm here, with you until whatever you want, I'll always here, in your arms,” Rey semakin menempelkan tubuhnya kearah tubuh Varo, membuat Varo langsung membawanya kedalam dekapannya dengan erat,
Diciumnya puncak kepala Rey secara terus menerus, seraya mengulang kata sayangnya kepada Rey secara terus menerus, hingga akhirnya mereka menghabiskan malam itu dengan penyatuan mereka kembali dengan rasa dan status yang berbeda dari sebelumnya,
“I love you somuch Areyta Purnama Adjie,” ucap Varo setelah ia membaringkan tubuhnya dan mendekap tubuh Rey,
“It's Tira, Mr. Alvaro, not Adjie,” ucap Rey seraya melihat kearah wajah prianya,
Varo mengecup singkat bibir Rey yang berada dibawah dekapannya, “Well it would be Adjie soon, Mrs. Areyta,” ucapan Varo membuat keduanya tertawa lalu semakin mengeratkan dekapannya satu sama lain hingga kantuk semakin menguasai mereka,