chapt. twenty-nine -

Basudeo, Aydan, dan Dayana keluar dari mobil yang sedari beberapa menit lalu dikendarai oleh Aydan, sedangkan Affandra dan Edhan berada dimobil warna hitam milik Edhan itu, “Gugup amat kaya mau UN,” ucap Aydan yang langsung merangkul bahu Dayana, “Santai aja,”

Mereka berlimapun memasukki rumah yang Kentara bersaudara tempati itu,

Terlihat Kegan, Byantara dan juga Ramadella sedang berbincang diruang makan yang memang berbatasan dengan ruang keluarga yang langsung mereka temukan ketika baru memasukki pintu kayu yang didesign khusus oleh Kayvan itu,

“Mas...” ucap Basudeo dengan lemah ketika melihat ketiga masnya itu,

Byantara, Kegan dan juga Ramadella langsung menghampirinya, namun berlalu melewatkannya,

“Padahal tadi gue yang manggil ya,” ucap Basudeo dengan nada kesal yang dibuatnya,

“Sadar diri aja,” Affandra mengucapkannya seraya berlalu menyusul Edhan yang sudah terlebih dahulu kelantai atas,

“Kamu gapapa kan?”

“Ada yang luka gak?”

“Masih shock ya?”

Pertanyaan bertubi-tubi dilontarkan kepada Dayana membuat Dayana sedikit bingung untuk menjawabnya,

“Satu satu dong para mas yang tampan, kasian si Dayananya,” ucap Aydan yang masih merangkul Dayana itu,

Kegan langsung memegang kedua lengan bagian atas Dayana, lalu memutar dan membalikkan tubuh Dayana, melihat dengan jeli tubuh Dayana dari atas hingga bawah, Dayana yang diperlakukan seperti itu menampakkan wajah bingungnya yang langsung dimengerti oleh Aydan, “lagi scanning dia,” ucap Aydan ketika melihat wajah bingung dari Dayana,

Dayanapun hanya bisa pasrah ketika Byantara dan Ramadella juga ikut melakukan hal demikian,


Dayana duduk dipinggiran tempat tidur kamar yang ia tempati dirumah ini, suasana coklat yang mendominasi kamar serta tempat tidur yang cukup besar berada ditengahnya, dan beberapa komponen lainnya menghiasi kamar itu,

Ketukan pintu menyadarkan Dayana dari lamunannya, setelah bersuara mengizinkan orang yang mengetuk pintu itu untuk masuk, wajah seorang Davendrapun menyembul dari balik pintu,

“Kamu gakpapa kan?” ucapan Davendra langsung dibalas anggukan oleh Dayana dengan tersenyum, “Baguslah, oh iya nih,” Davendra memberikan sebuah tas kertas berwarna coklat yang lumayan berat kepada Dayana yang langsung disambut oleh Dayana, “Isinya skincare, cukuplah buat seminggu, kalo kurang bilang aja, soalnya gak mungkin mas bawa semua,” setelah mengucapkan hal tersebut yang membuat Dayana terkejut Davendrapun berpamitan keluar dari kamar itu,

Selang beberapa menit, pintu kamarnya diketuk kembali oleh seseorang, yang langsung dibuka sendiri oleh Dayana,

Domicia yang langsung berhadapan dengan Dayana setelah dirinya membuka pintunya, langsung memberikan secangkir teh kepadanya, “Biar enakan badannya, kamu pasti masih kaget banget kan tadi? Walaupun mas Kegan tadi bilang kamu gapapa sih,”

Dayana langsung menerima cangkir putih yang disodorkan kepadanya, “Makasih mas,”

“Yaudah istirahat ya,” ucap Domicia lalu berlalu setelah sebelumnya mengusap lembut pucuk kepala Dayana,

“DAYANA!! DAYANA!!”

“DAYANA GAPAPA??”

Arvel dan Aidan yang baru sampai hendak menghampiri Dayana yang masih terdiam didepan pintu kamarnya itu, langsung ditahan oleh rentangan tangan Domicia, agar mereka tidak bisa menghampiri Dayana, “Mau tidur dia udah besok aja besok,”

“Tapi dia gapapa?”

“Gak ada yang luka kan?”

Domicia menghela napasnya, “gapapa udah besok lagi,” ucapnya dan langsung mengisyaratkan Dayana untuk segera memasukki kamarnya,


Waktu telah menunjukkan pukul 12 lewat 21 menit, tetapi Dayana masih belum bisa memejamkan matanya barang sedetikpun, ia pun langsung terbangun dari posisi tidurnya,

Berpikir sebentar apa yang harus ia lakukan, dan seperkian detik kemudian, dirinya bangun dan berlalu untuk keluar kamarnya,

Ia berjalan menyusuri rumah, hingga berakhir dihalaman belakang rumah tersebut,

Dirinya terkejut kala tidak jauh dari posisinya ia melihat sosok laki-laki lumayan tinggi terduduk dengan rokok diapitan jarinya itu,

“Duduk sini,” ucap laki laki tersebut kala Dayana hendak pergi dari sana,

Kegan, yang memang sedang duduk dibangku dihalaman belakang keluarga itu langsung mematikan puntung rokok miliknya kala Dayana semakin mendekat,

“Kenapa belum tidur? Belum bisa ya?” ucapan Kegan langsung dibalas dengan anggukkan oleh Dayana, Keganpun tersenyum lembut, “10 tahun lalu para mas mu juga gitu, di hari pertama sampai hari ketiga kita pindah, kita semua malah begadang nonton film sampai akhirnya satu persatu mulai terbiasa tidur dirumah ini,”

Dayana terdiam membiarkan Kegan bercerita sebentar, ia sebenarnya sudah mengetahui kisah awal semua anggota keluarga ini mengapa mereka bisa tinggal bersama, seluruh sikap atau sifat dari mereka, hingga beberapa kebiasaan mereka Dayana sudah mengetahuinya, dari siapa lagi kalau bukan seorang Ailesh Reka Kentara,

“Kamu beneran gapapa?” ucapan Kegan berhasil membuat Dayana sedikit terkejut dari lamunannya,

“Gapapa kok mas, tadi kan ada mas Deo, mas Edhan sama mas Aydan juga, dan mereka juga nenangin aku gitu,” ucap Dayana seraya tersenyum,

Kegan yang mendengar itu langsung tersenyum, merasa bangga dengan para adik laki-lakinya itu, dan sekaligus merasa bersyukur, karena ternyata didikannya dan para masnya sedikit berhasil membuat para adiknya seperti itu,

“Kalau ada apa-apa mulai sekarang cerita aja, jangan dipendem sendiri, jangan nyoba buat diselesaiin sendiri juga, kamu udah punya 14 orang sekarang yang bakalan jagain kamu dan dukung kamu, jadi jangan ngerasa buat sendiri,” ucapan Kegan langsung membuat Dayana mengalihkan pandangannya kedepannya dan tersenyum seraya menggukkan kepalanya, “Gak semuanya hal harus kamu telan mentah-mentah sendirian Day, apalagi sekarang, yang ada kalau kamu telan mentah-mentah sendiri, kamu bakalan jadi kaya daging dikandang harimau,”

“Harimaunya ada 14 lagi ya mas,” ucap Dayana seraya tertawa, dan langsung membuat Kegan yang mendengarnya ikut tertawa juga,

Malam ini mereka larut dengan obrolan-obrolan ringan mereka, membuat Kegan sedikit bersyukur karena dapat mengetahui diri seorang Dayana lebih jauh lagi.