Arvel Julian and his closure.
Seorang laki-laki dengan kulit putih bak kertas yang belum tersentuh dengan senyuman memikat yang ia pancarkan keseluruh penjuru ruang lobi fakultas ilmu komunikasi -tempatnya menata masa depannya- dengan sedikit memamerkan lesung pipi yang ia punya dan menyugarkan rambut hitam kecoklatannya, dengan santai masuk semakin dalam kearea lobi, membuat siapapun nona yang melihatnya semakin memancarkan binar dimata mereka.
Sosok perempuan mungil dengan pakaian croptop hitam yang ia padukan dengan loose cardigan berwarna coklat tua dan slim straight denim jeans yang menyempurnakan penampilan sederhananya itu. Hembusan angin dari pendingin ruang menemaninya diruangan yang tidak terlalu luas itu, ia menunggu seseorang, tidak tepatnya ia menunggu kekasihnya, entah sebenarnya apakah ia masih bisa menganggapnya atau tidak setelah foto dari kekasihnya sedang mencumbu seseorang yang ia dapatkan dini hari tadi.
“Sayang, udah lama ya?” laki-laki berlesung pipi dengan senyuman cerahnya itu menghampiri dirinya, hendak merangkum tubuh mungilnya, dan